Pages

Friday 17 May 2013

Cinta Monyet & Cinta Harimau


Suatu hari sepasang suami istri pergi ke Kebun Binatang. Di sana, keduanya melihat seekor monyet sedang bermain dengan pasangannya. Seketika sang istri berkomentar,"Aduhai alangkah indahnya cinta mereka!"Kemudian kedua sejoli itu berlalu lalu berhenti di depan kandang harimau. Keduanya menyaksikan seekor harimau jantan duduk termangu, sedang pasangannya, harimau betina, berada sedikit jauh dari sang jantan. Sang istripun berkomentar,"Ooh dingin sekali! betapa pilunya kisah cinta mereka!"Sang suami lalu memberi tanggapan terhadap komentar istrinya seraya berkata, "Coba lempar harimau betina itu dengan serpihan kaca ini; lihat reaksi harimau jantan itu." Ketika serpihan kaca dilemparkan ke arah harimau betina, serta merta si raja hutan itu bangkit meradang dan mengaum melindungi betinanya.Kemudian sepasang anak Adam 'alaihissalam itu kembali ke kandang monyet untuk melakukan hal yang sama. Sang istri melemparkan potongan kaca lain ke arah monyet betina. Ternyata begitu kaca dilemparkan ke arah sang betina, si monyet jantan spontan lari pontang-panting menyelamatkan diri sendiri agar tidak terkena lemparan serupa.Laki-laki itu pun berpetuah kepada istrinya,"Janganlah Adinda tertipu dengan penampilan orang di depan mata, karena sebagian orang menipu orang lain dengan sikap manisnya yang palsu, namun ada pula yang tulus dan menyimpan kejujuran di dalam lubuk hatinya."

copas dari artikel di majalah Qiblati edisi 5 tahun VIII

Sunday 5 May 2013

Guru dan Murid

Pada beberapa hari yang lalu, saya melakukan hal yang menjadi rutinitas selama menunggu penempatan. Yaitu mengantar ibu ke tempat kerjanya di SMAN 1 Pemalang dengan motor. Pada saat berhenti di pertigaan Sirandu, saya melihat seorang siswi SMAN 1 Pemalang sedang naik motor. Siswi tersebut sempat menoleh ke arah saya dan ibu, tapi dia tidak mengucapkan salam ataupun menebar sedikit senyumnya (padahal kalau mau senyum kan bakal kelihatan lebih cantik dek.hehehe). Saya jadi kaget, terpana, dan hampir-hampir tidak percaya saat lihat adegan ini. Sama gurunya sendiri kok gitu.
Saat lampu pertigaan menyala hijau, saya sempet sedikit berbincang dengan ibu. lebih kurangnya begini percakapannya (sebenarnya dalam bahasa Jawa, tapi takutnya ntar malah pada bingung.hehehe).

Saya: "bu, anak sekarang kok kayaknya nggak pada kenal sama gurunya ya?"
Ibu: "iya mas(ini panggilan sayang ibu ke saya). Kebanyakan kalau sama guru yang mengajar di kelasnya atau jurusannya, mereka hormat dan nunduk-nunduk. Tapi kalau sama guru yang nggak mengajar atau beda jurusan ya nggak kenal"
Saya: "wah,kok parah banget ya. Saya saja masih kenal sama guru saya dari SD sampai sekarang. Walaupun nama ada yang lupa, tapi kalau wajah mesti ingat. Dan saya pasti akan kasih senyum ke mereka"
Ibu: "ya gitu lah sekarang. Kalau sama guru yang mengajar kan mereka ada kepentingan nilai. Kalo sama yang nggak ngajar kan nggak ada" (Saya langsung berpikir dalam pikiran, "wah, matre banget kalau gitu")
Saya: "sama gurunya saja gitu. Apalagi sama OB, petugas TU, sama pedagang kantin ya. nggak bisa dibayangkan"

Lalu sampailah kami di depan gerbang SMAN 1 Pemalang. Lalu ibu pun pasti mengucapkan ucapan rutinnya, "Wis sek yo le" (artinya, "udah dulu ya nak") dan saya pun menjawabnya dengan "iyo bu".
Ya begitulah realita yang saya lihat saat ini. Penghormatan siswa pada gurunya sudah berkurang. Sebagian besar menganggap bahwa seorang guru hanya penting untuk mendapatkan nilai, bukan untuk mencari ilmu atau memperbaiki diri. Tapi tidak dipungkiri juga kalau saat ini banyak guru yang kurang bisa untuk dihormati bahkan malah menjadi contoh buruk bagi muridnya. Mereka tidak menjadi seseorang yang bisa digugu(diikuti tutur katanya/ilmunya) dan ditiru. Jamak saat ini guru yang merokok bareng anak didiknya, guru yang hobi buka gambar atau video porno di komputer sekolah, dan ada yang bolos mengajar tanpa alasan.
Agar terjadi sinergi yang baik, tentunya kedua belah pihak harus memperbaiki diri. Para guru harus belajar agar bisa menjadi seseorang yang digugu dan ditiru. Sedangkan para murid harus mengubah mindset-nya tentang sekolah, bahwa sekolah adalah tempat mencari ilmu. Bukan tempat mencari nilai. Karena jika kita menguasai ilmu itu, tentunya nilai akan datang dengan sendirinya.
Semoga hal ini tidak terjadi lagi di kemudian hari. Saya sangat ingin melihat saat anak-cucu saya bersekolah, murid-muridnya bisa lebih menghargai guru dan menganggapnya sebagai teman belajar, pembimbing akhlak, dan teladan yang baik. Semoga saja, dalam beberapa waktu ke depan juga semakin banyak guru yang baik. Yaitu guru yang bisa bisa dijadikan teladan, sabar dalam membimbing anak didiknya, dan mau memperhatikan akhlak para murid. Tidak hanya menjadi guru yang memberi banyak tugas dan ulangan, marah kalau nilai anak didiknya jelek, tapi sering bolos mengajar. Sebuah harapan yang tidak semu menurut saya.

Friday 3 May 2013

Uang dan Persaudaraan

Uang memang barang yang penting dalam kehidupan. Tanpa uang, kita biasanya akan kebingungan dan mendadak pusing. Tapi kita juga harus ingat bahwa uang bukanlah segalanya. Manusia tidak akan mati tanpa uang. Jika manusia mau memutar otaknya serta menggerakkan tubuhnya, manusia tidak akan kebingungan dan pusing tanpa uang. Karena Allah-lah yang memberi rizki untuk semua makhluk ciptaan-Nya. Bahkan seekor cicak tak bersayap yang ditakdirkan Allah untuk makan nyamuk pun bisa tetap bertahan hidup dan berzikir pada-Nya.
Uang itu bagaikan pisau bermata dua, bisa bermanfaat bahkan berpahala jika dimanfaatkan untuk hal yang baik. Tapi juga bisa merugikan dan bahkan menjadi dosa bagi pemiliknya. Jika uang digunakan untuk bersedekah fi sabilillah, tentunya itu akan bermanfaat dan menjadi berpahala untuk pelakunya. Jika uang digunakan untuk menafkahi keluarga, tentunya juga bermanfaat dan berpahala di mata Allah. Itulah manfaat uang. Namun, sering saya lihat kalau uang itu malah membuat pemiliknya merugi, kebingungan, dan bahkan menjadi penyebab pemiliknya mendapatkan dosa. Terutama dalam masalah hutang piutang.
Masalah hutang piutang memang sangatlah rumit. Sampai-sampai Allah menurunkan ayat khusus di Al-Qur'an tentang hutang piutang. Diharapkan bagi umat Islam tidak terjebak dalam perkara ini. Sayangnya, pada dunia nyata dan kehidupan bermasyarakat sering ditemukan masalah tentang hal ini. Masalah itu kebanyakan timbul dari sifat dasar manusia itu sendiri yang selalu mau enaknya tapi tidak mau menanggung resikonya. Contohnya, pada waktu berhutang, mereka memaksa-maksa dan memelas pada calon pemberi hutang. Tapi ketika sudah jatuh tempo pengembalian, si penghutang tidak amanah dan selalu mencari-cari alasan agar pembayarannya bisa mundur. Karena sampai berlarut-larut, akhirnya si pemberi hutang pun marah dan hubungan silaturahmi antara penghutang dan pemberi hutang pun putus.
Hal ini jamak terjadi sekarang. Sering kita lihat dua orang yang pada awalnya sahabat dekat jadi tidak pernah bertegur sapa gara-gara masalah hutang piutang. Dua orang yang masih satu keluarga jadi bertengkar gara-gara hutang yang tidak dibayar. Yang lebih parah lagi, ada yang bunuh-bunuhan gara masalah hutang dan bisnis (Na'udzubillah!).
Itulah sebabnya kita harus berhati-hati tentang masalah ini. Dalam Al-Baqarah ayat 282, kita bisa meminimalisasi masalah ini dengan melakukan pencatatan atau saat ini kita menyebutnya dengan pembukuan atau akuntansi. Dengan mencatat hutang piutang, kita punya bukti yang kuat tentang hutang piutang kita. Jadi jika salah satu pihak ingkar janji, kita bisa menuntutnya ke jalur hukum karena kita punya bukti yang kuat. Cara kedua, kita bisa meminta barang jaminan dari orang yang akan berhutang. Apabila orang tersebut ingkar, kita bisa memanfaatkan barang jaminan tersebut.
Semoga kita selalu berhati-hati dalam masalah yang berkaitan dengan uang. Karena uang memang tidak mengenal saudara. Apalagi teman atau sahabat.

Thursday 2 May 2013

Hikmah All Germany Final di Liga Champions 2013

Leg kedua semifinal Liga Champions tahun 2013 ini menghasilkan dua tim asal Jerman yang akan beradu di stadion Wembley pada tanggal 25 Mei 2013. Kedua tim tersebut adalah Borussia Dortmund dan Bayern Munchen. Kedua tim tersebut masuk ke final setelah mengalahkan masing-masing lawannya yang merupakan dua tim asal Spanyol. Yaitu Real Madrid dan Barcelona. Dortmund walaupun pada leg kedua kalah 2-0 dari Real Madrid, tetapi mereka tetap berhak lolos karena pada leg pertama mereka menang 4-1 sehingga secara agregat mereka unggul 4-3. Sedangkan Bayern Munchen dengan meyakinkan menggilas rata Barcelona di leg pertama dan kedua dengan 4-0 dan 3-0 sehingga secara agregat mereka unggul 7-0.
Menurut saya, hasil semifinal leg kedua ini bukan semata kemenangan Munchen atau Dortmund. Tapi ini adalah kemenangan Jerman secara telak. Terutama kemenangan federasi sepakbola-nya. Setelah hasil memalukan di Euro 2000, Jerman berbenah dengan mereformasi banyak hal. Terutama dalam sistem pembinaannya. Kenapa sistem pembinaannya, Jerman belajar dari hasil memalukan Euro 2000 tersebut. Pada Euro 2000, Jerman masih memainkan pemain yang sudah uzur dalam olahraga sepakbola seperti Lothar Matthaus, Oliver Bierhoff, dan lain-lain. Hasil dari penggunaan pemain tua tersebut adalah kegagalan total. Pada fase grup, Jerman menjadi juru kunci tanpa meraih satu pun kemenangan. Setelah itu federasi sepakbola Jerman merubah aturan tentang pembinaan. Salah satu aturannya adalah klub yang bermain di Bundesliga 1 dan Bundesliga 2 harus memiliki akademi sepakbola dan di akademi sepakbola tersebut harus memiliki minimal 12 pemain Jerman di semua kelompok umur. Untuk lebih jelasnya, anda bisa melihat artikel http://bola.kompas.com/read/2013/02/21/11470526/Jerman.Belajar.dari.Kekalahan 
Hasil dari reformasi tersebut sudah terlihat sejak Euro 2008. Pada saat itu Jerman sudah mendapatkan prestasi bagus dengan menjadi finalis Euro 2008. Lalu pada Piala Dunia 2010, mereka menjadi semifinalis. Kemudian pada Euro 2012 mereka menjadi semifinalis. Sebuah hasil reformasi yang bisa dibilang cepat.
Kita bisa mengambil hikmah dari hal ini. Dalam menjalankan organisasi, kita tidak boleh lupa akan kaderisasi. Karena kaderisasi adalah salah satu faktor penentu keberlangsungan dan keberhasilan sebuah organisasi. Pada saat ini, jamak kita lihat bahwa organisasi-organisasi massa kurang memperhatikan kaderisasi. Contohnya adalah partai politik yang akan tampil 2013 nanti. Mereka banyak yang mencari caleg yang berasal dari kalangan artis. Hal ini cukup membuktikan jika mereka tidak percaya terhadap diri mereka sendiri dan juga memperlihatkan bahwa kaderisasi partai tidak berjalan dengan baik.
Begitu pula dalam kehidupan, jika kita ingin Islam tetap berjaya, mau tidak mau kita juga harus memperhatikan masalah kaderisasi. Kita harus memperhatikan generasi muda dan mempersiapkannya agar bisa menjadi kader Islam yang baik. Rasulullah Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam telah mengajarkannya pada kita untuk mempersiapkan anak-anak kita. Salah satunya dalam beberapa hadits adalah mengajarkan sholat sejak usia 7 tahun, mengajari berenang, memanah, bergulat, dan berkuda, serta mengajarkan tentang keesaan Allah sejak kecil. Hasil dari kaderisasi Islam yang hebat bisa terlihat dengan suksesnya kekhalifahan Umawiyah dan Abbasiyah. Pada saat itu, Islam mampu menyebar dari Indonesia sampai dengan Andalusia(Spanyol). Saat itu, ilmu pengetahuan pun berkembang pesat. Mulai dari ilmu kedokteran, ilmu politik, ilmu sejarah, ilmu teknik, dan lain-lain.
Kalau kita mengabaikan masalah kaderisasi, hasilnya bisa kita lihat saat ini. Banyak anak kecil yang lebih hafal lagu-lagu cinta daripada surat Al-Maa'un, pacar lebih dipentingkan daripada orang tua (udah dosa, nambah lagi dosa lain), bahkan ada yang sampai mempermainkan gerakan Sholat dan mengunggahnya ke dunia maya. Mungkin cukuplah generasi seperti itu saat ini. Semoga ke depannya akan ada generasi baru yang jauh lebih baik daripada generasi sekarang. Jangan sampai ke depannya ada orang tua yang mengaku Islam tapi tidak hafal Al-Fatihah.

Menjadi Terlihat atau Tersembunyi

Saya sering merasa heran ketika melihat acara di tv. Terutama pada acara pencarian bakat. Di situ terlihat banyak sekali orang yang berpenampilan heboh dan malah aneh menurut saya. Kebanyakan dari mereka memiliki tujuan untuk dikenal banyak orang. Mungkin itu adalah suatu hal yang wajar di saat ini. Tapi entah kenapa saya merasa aneh. Mungkin karena prinsip saya yang berbeda dengan sebagian besar dari mereka. Memang benar, menjadi terkenal adalah hal yang menyenangkan. Orang-orang jadi mengelu-elukan, banyak yang menyapa, bahkan hal remeh yang dimiliki pun menjadi hal yang berharga di mata orang lain terutama yang jadi penggemar.
Jujur saja, saya pribadi bukanlah orang yang ingin dikenal. Saya malah sangat suka mengenal orang banyak tanpa mereka harus mengenal saya. Apalagi orang yang baru saya temui. Saya lebih memilih menjadi seseorang yang tak terlihat. Dengan ke-tidak terlihat-an tersebut, saya malah jadi lebih mengerti banyak hal. Sebagaimana seorang intelijen, saya sering mengetahui banyak informasi dari pihak luar dan mengolahnya untuk berbagai tujuan yang saya inginkan. Contohnya, dengan ke-tidak terlihat-an tersebut saya bisa menenangkan gejolak yang pernah terjadi di keluarga saya (maaf tidak bisa saya ceritakan lebih detail karena menurut saya ini adalah suatu hal yang tidak perlu diceritakan secara detail kepada khalayak ramai). Saya melakukannya dengan menjadi seorang pendengar untuk kedua belah pihak dan lalu saya simpulkan masalahnya. Kemudian saya mencoba menenangkan kedua belah pihak dengan cara saya.
Dengan ke-tidak terlihat-an tersebut, saya juga bisa bebas keluar masuk kemanapun. Bahkan, saya bisa bergaul dengan dua orang yang berbeda ideologi sama sekali (misal, orang ber-ideologi liberal dan yang ber-ideologi sosialis). Alhamdulillah, hasil pergaulan tersebut menimbulkan hal yang baik untuk saya. Saya bisa memilah mana hal yang tepat dan akhirnya pencarian tersebut memang kembali kepada hal yang sudah saya kenal sejak lama. Yaitu Islam. Pada awalnya memang saya menjadi terombang-ambing dan sempat tersesat. Tapi memang saya ditakdirkan Allah untuk kembali dan itulah kenapa saya mengucap syukur kepada Allah.
Yang jelas, menjadi terkenal atau tidak, jadilah manusia yang bertanggung jawab. Janganlah dengan keterkenalan kita malah melakukan hal yang buruk. Misalnya, berpendapat bahwa seks bebas itu halal, homoseks dan lesbian tidak berdosa, atau malah melakukan hal nyeleneh yang bertentangan dengan norma-norma. Berilah contoh dengan keterkenalan. Sedangkan yang tidak (ingin) terkenal atau tidak (ingin) terlihat, jadilah seorang tidak terlihat yang baik. Karena terkadang seekor semut bisa mengagetkan seorang manusia ketika ia menggigit.

Friday 12 April 2013

Hikmah Semifinalis Liga Champion

Semifinal Liga Champion untuk tahun 2013 ini menghasilkan 2 klub asal Jerman dan 2 klub asal Spanyol. Mereka adalah Bayern Munchen, Borussia Dortmund, Real Madrid, dan Barcelona. Menurut saya, hasil tersebut adalah pertanda kemenangan sistem pembinaan berkelanjutan yang dipadu dengan kekuatan keuangan. Keempat tim tersebut memiliki pemain asli binaan atau dikembangkan oleh klub mereka sendiri. Di Bayern Munchen kita bisa melihat Schweinsteiger, Mueller, dan Badstuber. Di Borussia Dortmund diantaranya ada Schmelzer, Goetze, dan Gundogan. Lalu di Real Madrid ada Casillas,Morata, dan Nacho. Sedangkan di Barcelona ada Xavi, Messi, dan Pedro. Lalu dari kondisi keuangan, kita juga bisa melihat kalau Real Madrid, Barcelona, dan Bayern Munchen berada di daftar 10 klub terkaya di dunia. Itu sebabnya mereka bisa membeli pemain berkualitas macam Christiano Ronaldo, Kaka, dan Benzema (Real Madrid), Dani Alves, David Villa, Alexis Sanchez (Barcelona), dan Robben, Ribery, dan Neuer (Bayern Munchen). Borussia Dortmund memang tidak termasuk 10 klub terkaya, tetapi dengan penggunaan pemain yang sebagian besar adalah produk binaan mereka sendiri, mereka bisa melakukan efisiensi yang tinggi sehingga kondisi keuangan mereka stabil.
Ada hikmah yang bisa kita ambil dari hal ini. Karena seperti yang kita tahu bahwa Allah tidak akan menciptakan apa-apa yang ada di dunia ini tidaklah sia-sia. Diantaranya adalah hikmah untuk klub-klub sepakbola yang ada di Indonesia ini agar mereka bisa meniru yang baik dalam manajemen pengelolaan klub dan membuang yang buruk. Sedangkan untuk saya sendiri, hikmahnya adalah saya harus memperbaiki manajemen keuangan saya. Karena jika kita memiliki manajemen keuangan yang baik, semua hal yang akan kita lakukan insya Allah akan berjalan dengan baik. Misalnya, jika kita ingin punya rumah padahal gaji kita tidaklah besar. Kita harus mengatur keuangan kita terutama dalam hal pengeluaran. Kurangi boros dalam berbelanja, hambat keinginan membeli gadget baru kalau milik kita saat ini masih bagus, sisihkan sebagian penghasilan untuk kredit rumah dengan beban yang tidak besar, cari penghasilan tambahan lain, dan cara-cara lainnya yang tentunya akan sangat banyak jika kita mau memutar otak kita.Tapi kita jangan pernah berprinsip jika uang adalah segala-galanya. Uang itu hanyalah salah satu hal penting yang harus kita miliki tapi tanpa uang bukanlah akhir segalanya.
Hikmah lain yang bisa saya ambil adalah jika kita ingin kebiasaan baik menyebarluas, maka mulailah kepada anak-anak kecil. Cara tersebut lebih efektif daripada cara konvensional (berdakwah atau berorasi langsung kepada orang yang sudah dewasa). Seperti yang sudah pernah saya dengar, bahwa Barcelona dengan permainan Tiki-Taka-nya memang sudah dipraktekkan sejak di akademi sepakbola mereka. Itu sebabnya pemain senior mereka sudah fasih memainkan pola permainan ini dengan baik dan bahkan itu bukan lagi gerak yang dipikirkan. Bisa jadi itu sudah menjadi gerak refleks yang secara otomatis akan mereka lakukan ketika mereka bermain sepakbola. Saya berpikir jika kita menanamkan hal yang sama kepada anak kecil, maka mereka juga akan mengikuti apa yang ditanam sejak kecil tersebut sampai mereka dewasa. Hal ini saya alami sendiri dalam banyak hal. Contohnya adalah kebiasaan saya mengucapkan salam sebelum masuk rumah orang lain saat bertamu dan jika si pemilik tidak menyuruh masuk, maka saya akan tetap berada di luar. Kebiasaan tersebut saya lakukan sampai saat ini. Bahkan saya pernah merasa sangat bersalah karena suatu saat saya pernah tidak sengaja masuk langsung ke rumah sebelum si pemilik rumah tersebut mempersilahkan gara-gara saya salah dengar kalimatnya.
Ya, inilah pendapat saya kalo ada hikmah yang lain, bagi-bagi dong. Biar kita bisa saling mengambil hikmah.

Thursday 3 January 2013

Ringkasan Budaya Tionghoa


Tidak bisa dipungkiri lagi jika Indonesia dan China memang memiliki hubungan yang baik. Hubungan baik tersebut tidak hanya dimulai dari sekarang. Hubungan baik tersebut -menurut beberapa sejarahwan- sudah dimulai sejak zaman pra-sejarah. Bahkan ada teori yang menyatakan bahwa penduduk asli yang mendiami nusantara ini berasal dari China (lebih tepatnya dari daerah Yunnan).
Agar hubungan baik tersebut tetap terjaga, tentu kita harus saling memahami budaya masing-masing. Jadi saya akan menuliskan sedikit pengetahuan yang saya dapat tentang suku Tionghoa. Pengetahuan ini saya dapat dari mata kuliah budaya nusantara di kampus dan pergaulan saya sendiri dengan beberapa orang suku tersebut. Semoga bermanfaat untuk para pembaca dan jika ada kesalahan saya mohon koreksinya J
BUDAYA SUKU TIONGHOA
1.       Sejarah
Kata Tionghoa berasal dari kata 中华 (zhong hua => dibaca cung hua) yang artinya adalah bangsa tengah. Berdasarkan berita China yang ditulis oleh Fa Hian dan I Ching disebutkan bahwa sejak sekitar abad ke 4 M banyak orang China yang datang ke Indonesia. Mereka ada yang datang untuk mengunjungi kerajaan Sriwijaya untuk belajar agama Budha, kerajaan Tarumanegara (disebut To-lo-mo dalam bahasa mandarin), kerajaan Kalingga yang diperintah oleh ratu Sima (untuk berguru agama Budha dengan Jnabhadra), dan berdagang dengan beberapa kerajaan yang ada di nusantara. Bahkan pada zaman Kubilai Khan pernah dikirim pasukan ke daerah Jawa Timur untuk menghukum raja Jawa (yang dimaksud adalah Kertanegara. Tetapi karena terjadi pemberontakan oleh Jayakatwang, akhirnya dimanfaatkan oleh raden Wijaya untuk mengalahkan Jayakatwang dan membentuk kerajaan baru yaitu kerajaan Majapahit).
2.       Lokasi
Di Indonesia, suku Tionghoa sebenarnya menyebar di hampir seluruh daerah. hal ini dibuktikan dengan adanya kampung pecinan/kampung china di hampir setiap kecamatan di Indonesia. tetapi ada daerah dengan konsentrasi yang cukup besar. Daerah tersebut adalah Jawa, Kalimantan Barat, Sumatra, Bangka-Belitung, dan Sulawesi Selatan.
3.       Mata pencaharian
Mata pencaharian suku Tionghoa sangat bervariasi. Ada yang petani, peternak, pegawai pemerintahan, guru, dan lainnya. Tetapi kebanyakan suku Tionghoa adalah pedagang yang ulung. Mereka adalah orang yang sangat ulet dan tidak pernah kenal lelah saat bekerja. Menurut mitos yang pernah saya dengar dari bu Woro Aryandini (dosen Budaya Nusantara saya), orang China rajin bekerja karena takut dihukum dewa. Karena pada zaman dahulu, nenek moyang orang China pernah dihukum dewa dengan dipisahkan. Akhirnya si nenek moyang pun bekerja dengan giat. Lalu, sekian lama tidak bertemu menimbulkan rasa rindu di dada si nenek moyang. Akhirnya mereka pun menyuap dewa dengan makanan kesukaan dewa, yaitu kuaci, agar mereka bisa bertemu lagi. Itulah sebabnya orang China banyak yang sukses di usahanya. Karena mereka tidak segan-segan untuk menyuap penguasa agar bisnis mereka lancar. Hal ini bisa kita lihat pada film-film China seperti Once upon a Time in China (dibintangi Jetli), Police Story (Jacky Chan), dan film China lainnya.
4.       Agama dan kepercayaan
Agama mayoritas yang dipeluk oleh suku Tionghoa adalah Budha dan Nasrani. Tapi ada juga yang muslim. Kebanyakan mereka adalah keturunan suku Hui dari China. Ada juga yang memeluk Konghucu. Sebenarnya, konghucu bukanlah sebuah agama. Karena dalam agama konghucu tidaklah memiliki kitab suci. Konghucu lebih terlihat sebagai jalan hidup atau way of life orang China yang dibuat oleh Konfucius/孔子 (kongzi => dibaca gung-ce). Selain itu ada juga yang melaksanakan Taoisme. Way of life yang dibuat oleh Lao-tse/ 道士 (daoshi => dibaca dao-se).
5.       Sistem kemasyarakatan
a.       Stratifikasi sosial
-          Dalam masyarakat orang Tionghoa di Indonsia ada perbedaaan antara lapisan buruh dan lapisan majikan, golongan orang miskin dan golongan orang kaya.
-           Tionghoa peranakan yang kebanyakan terdiri dari orang Hokkien, merasa dirinya lebih tinggi dari Tionghoa Totok karena menganggap Tionghoa Totok umumnya berasal dari kuli dan buruh. Sebaliknya Tionghoa Totok memandang rendah Tionghoa Peranakan karena mereka dianggap mempunyai darah campuran.
-          Sekarang ini, dengan adanya pemisahan pendidikan bagi anak-anak Tionghoa menyebabkan anggapan bahwa orang yang tidak segolongan dengannya sebagai golongan rendah. Dengan kata lain, stratifikasi sosial orang Tionghoa di Indonesia berdasarkan perbedaan tingkat dan tingkat kekayaannya. Tapi untuk saat ini penggolongan tersebut sudah tidak ada lagi karena orang Tionghoa sudah berbaur. Bahkan mereka sudah banyak yang tidak bersekolah di sekolah khusus China lagi.
6.       Tradisi dan Budaya
a.       Budaya minum teh Tionghoa
Budaya ini mirip dengan upacara minum teh di Jepang.
b.      Memasang gambar dewa penjaga pintu
Dewa penjaga pintu ini sebenarnya adalah dua orang jenderal yang diutus oleh kaisar Li Shimin agar arwah raja naga yang berniat membunuh kaisar tidak berani masuk. Jika anda penggemar sinetron mandarin zaman dulu yang berjudul “Kera Sakti”, anda pasti akan tahu.
c.       Imlek
Imlek adalah perayaan masuknya tahun baru dengan pedoman bulan. Pada saat imlek, orang Tionghoa biasanya melaksanakan tradisi pulang kampung sama seperti muslim Indonesia saat Idul Fitri. Suku Tionghoa biasanya makan kue bulan, bagi-bagi angpau (amplop merah yang berisi uang), membunyikan petasan, atraksi barongsai dan liong, dan menyalakan lentera.
d.      Memakan Yuan Xiao(元宵)
Yuan xiao adalah memakai nasi yang lengket dengan diberi isi, seperti tepung kacang, bijan, daging ikan, dan lainnya. Yuan Xiao dipadatkan dengan diremas-remas lalu dibungkus daun bambu. Sehingga bisa menghasilkan kue nasi lengket yang hampir bulat dan dapat dimakan.
Memakan ini merupakan simbol kekuatan dan persatuan. Anda bisa melihatnya pada film Red Cliff 2.
7.       Pakaian adat
Pakaian adat suku Tionghoa disebut baju doudu. Lalu ada juga sepatu yang disebut dengan sepatu harimau. Dan pakaian khas yang dipakai oleh wanita Tionghoa yang disebut dengan Cheongsam.

Ringkasan Budaya Papua


Kali ini saya akan membahas tentang suku terakhir yang saya dan kelompok saya presentasikan pada saat makul Budaya Nusantara. Suku tersebut adalah suku Papua. Suku yang berada di wilayah paling timur Indonesia. Mereka adalah suku yang paling berbeda secara fisik dengan suku-suku lain di wilayah Indonesia. Penampilan fisik mereka yang paling khas adalah berkulit hitam dan berambut keriting. Namun, karena penampilan fisik mereka yang khas tersebut dan keteguhan mereka dalam menjaga adat, banyak orang yang kurang menghormati mereka. Sikap rasis ini mirip dengan konflik rasial antara kulit putih dan kulit hitam yang terjadi di Amerika.
Mungkin selama ini kita mengetahui Papua hanya karena koteka, tarian etniknya, perang antar suku, dan puncak Jaya. Itu masih sedikit dari kebudayaan Papua yang sangat banyak. Saya akan mencoba sedikit menjabarkannya dengan dasar presentasi kelompok saya dan tambahan sedikit dari saya sendiri. Jika ada kesalahan, silahkan dikoreksi ya.
Budaya Papua
1.       Sejarah
Kata Papua dalam bahasa melayu artinya adalah rambut keriting. Pada saat Papua masuk ke wilayah Indonesia (sebelumnya Belanda sempat mendudukinya pada zaman setelah kemerdekaan), nama daerah tersebut sempat berubah menjadi Irian yang menurut bahasa Merauke artinya adalah bangsa yang utama. Tapi ada juga yang memelesetkannya menjadi Ikut Republik Indonesia Anti Netherland. Penduduk asli  yang mendiami pulau Papua sebagian besar termasuk ras suku Melanesian, karena ciri-ciri seperti warna kulit, rambut, warna rambut yang sama dengan penduduk asli di bagian utara, tengah dan selatan yang memiliki ciri-ciri tersebut. Di bagian barat (Sorong dan Fak Fak) penduduk di daerah pantai mempunyai ciri yang sama dengan penduduk di kepulauan Maluku, sedangkan penduduk asli di pedalaman mempunyai persamaan dengan penduduk asli di bagian tengah dan selatan.
Banyak teori tentang masuknya suku Papua di Indonesia. Teori pertama menyatakan bahwa Papua adalah bangsa Proto-Melanesia yang masuk secara bergelombang ke wilayah itu. Selanjutnya berdatangan pula Bangsa Asia Paleo-Mongoloid dan bangsa-bangsa Negro serta Weddid ke Indonesia.
Teori kedua menyatakan bahwa bangsa Papua berasal dari migrasi yang dilakukan oleh ras austroloid dari daerah australia pada waktu asia dan australia masih bersatu dalam paparan sahul.
Sedangkan teori ketiga menyatakan bahwa suku Papua juga berasal dari ras negroid yang berasal dari afrika. Para ahli memperkirakan mereka melakukan migrasi pada tahun 2000 SM
2.       Lokasi
Suku Papua mendiami bagian barat pulau paling timur Indonesia yang diberi nama Papua. Papua merupakan daerah yang sangat luas dengan kondisi geografis yang bervariasi. Ada dataran rendah, pantai, sabana, bahkan tanah paling tinggi di Indonesia ada di pulau ini. Hal itu yang menyebabkan beraneka ragamnya budaya suku-suku di Papua.  
3.       Tipe masyarakat
Tipe masyarakat Papua ada tiga. Yaitu:
a.       penduduk lembah-lembah di Pegunungan Tengah yang hidup dalam rumah-rumah besar dalam hubungan-hubungan keluarga luas. Mata pencaharian hidup yang pokok adalah bercocok tanam ubi dan keladi di ladang-ladang. Teknologi untuk membuat alat-alat hidup mereka masih asal zaman batu. Contoh masyarakat tipe ini adalah orang Dani.
b.      penduduk desa-desa di bagian pedalaman di daerah hulu sungai-sungai, biasanya hidup dalam rumah-rumah besar dalam hubungan keluarga-keluarga luas (rata-rata 10-15 individu). Mata pencaharian mereka adalah meramu sagu dan berburu. Berburu dan mencari ikan di sungai merupakan pekerjaan sambilan. Contoh dari masyarakat ini adalah penduduk danau-danau, Papua bagian Utara.
c.       penduduk desa-desa di hilir dan muara-muara sungai dan penduduk pantai serta penduduk kepulauan. Mereka ini hidup dalam rumah-rumah kecil dalam hubungan keluarga-keluarga batih kecil yang bersifat amat individualistis. Mata pencaharian hidupnya adalah meramu sagu, berburu, berkebun dan mencari ikan dipantai atau di laut. Contoh masyarakat ini adalah penduduk Pantai Utara.
4.       Mata pencaharian
Untuk suku Papua yang masih di pedalaman, kebanyakan suku Papua bekerja sebagai nelayan, meramu sagu, berburu, berkebun, dan bekerja di produksi kopra rakyat.
5.       Sistem kemasyarakatan dan agama
a. Sistem Masyarakat Tor atau Bgu
        mengenal beberapa tokoh adat diantaranya :
-          Dmartemtua atau dmar, tokoh adat ini bertugas memelihara benda-benda suci yang di simpan di dalam nar atau belai-balai keramat dan memimpin upacara-upacara keagamaan yang ada sangkut pautnya dengan pemeliharaan benda-benda suci tersebut.
-          Ondowafi, tokoh adat ini tugasnya mengawasi pembukaan tanah ulayat oleh pengembang menyaksikan transaksi tanah atau hutan–hutan sagu dan sebagainya.
-          Korano, tokoh adat ini dianggap sebagai orang yang bertugas meneruskan perintah dan instruksi dari pemerintah, tokoh adat ini harus bisa membaca dan berpengalaman berhubungan dengan orang luar.
b. sistem masyarakat dani
Suku Dani tinggal dalam kelompok-kelompok yang masih memiliki hubungan kekerabatan dalam sebuah usilimo/sili. Beberapa sili yang berdekatan biasanya memiliki kedekatan hubungan kekerabatan. Kelompok sili yang terbentuk karena hubungan darah atau yang terbentuk atas dasar persatuan teritorial dan politik membentuk kampung.  Kampung dipimpin oleh seorang Kepala Suku didampingi seorang Panglima Perang.
Teritorial permukiman Suku Dani terbagi atas tiga wilayah. Daerah terluar adalah hutan di bawah “kewenangan pengelolaan” suatu suku. Batas pengelolaan kedua adalah ladang. Yang ketiga adalah Usilimo/sili merupakan zona inti permukiman Dani, yang dihuni oleh sebuah keluarga. Usilimo terbentuk dari hutan yang sudah dibuka, diolah dan ditata menurut jalinan potensi alam dan sosial budaya lokal.
Sebagian besar penduduk Papua adalah pemeluk agama Kristen. Namun selain agama Kristen ini, penduduk Papua juga ada yang memeluk agama Islam ataupun Katolik. Sebuah  pulau yang terletak di teluk Doreh, selatan Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat menjadi sebuah titik penting penyebaran agama Kristen di Papua. Pulau tersebut bernama pulau Mansinam. Sedangkan agama islam banyak dianut oleh penduduk asli papua di daerah fakfak dan sorong.
6.       Pernikahan
Orang Papua (Biak) mengusut keturunannya melalui garis ayah, jadi bersifat patrilineal. Sedangkan tipe pokok kekerabatan yang dianut menuurut pembagian yang dibuat oleh Murdock adalah sistem Iroquois, yaitu penggunaan satu istilah yang sama untuk menyebut kelas kerabat tertentu. Misalnya istilah naek digunakan untuk saudara-saudara kandung dengan sudara-saudara sepupu paralel (anak-anak saudar laki-laki ayah, dan anak-anak dari saudara perempuan ibu), yang berbeda dari istilah napirem untuk menyebut semua saudara sepupu silang (anak-anak dari saudara perempuan ayah dan anak-anak dari saudara laki-laki ibu) pada generasi Ego. Kecuali itu semua saudara laki-laki ayah disebut juga dengan istilah ayah, kma, dan semua saudara perempuan ibu disebut, sna. Sebaliknya semua saudara perempuan ayah disebut bibi, dan semua saudara laki-laki ibu disebut paman.
Dalam kaitannya dengan pengklasifikasian anggota kerabat seperti tersebut di atas adalah adanya larangan perkawinan antara saudara-saudara sepupu, baik saudara-saudara sepupu sejajar maupun saudara-saudara silang. Larangan tersebut merupakan ketentuan adat yang menetapkan perkawinan tersebut sebagai perkawinan incest.
Jenis-jenis pernikahan adat di Papua adalah sebagai berikut:
a.       Perkawinan Murni (Farbakbuk Bekaku)
        Jenis perkawinan ini dipandang sangat terhormat dikalangan masyarakat biak karena memenuhi syarat-syarat utama norma adat byak. Terdapat penonjolan harta kekayaan , kemampuan memberi mas kawin, disiplin dalam soal tepat waktu melunasi maskawin dalam pelaksanaan pesta perkawinan adat yang bersangkutan.
b.      Kawin Lari ( Parbakbuk Bebur)
        Jenis perkawinan ini terlaksana sebagai wujud dari niat seorang laki-laki / atau perempuan tidak direstui oleh pihak keluarga karena pihak keluarga mempunyai calon lain diluar keinginan kedua orang tersebut. Bila terjadi seperti itu, maka wanita yang mengambil keputusan lari kawin disebut Farbakbuk Bin Berbur perempuan yang lari kawin). Sebaliknya kalau wanita (perempuan) tidak berani lari kawin, maka laki – laki yang mengambil inisiatif merampas wanita tersebut dari keluarganya disebut Farbakbuk Pasposer ( perkawinan karena perampasan), Perkawinan adat, jenis ini prosedurnya jauh berbeda dengan proses perkawinan tersebut diatas karena sifatnya terpaksa dan mengundang emosi keluarga pihak perempuan, maka biasanya maskawin yang diminta oleh pihak perempuan pun mahal (Dua kali lipat) karena sanksi adat.
c.       Perkawinan Pergantian Tungku (Farbakbuk Kinkafsr)
        Jenis perkawinan ini dapat di setujui kalangan masyarakat adat Biak untuk diberlakukan khusus bagi seseorang laki-laki yang apabila istri pertamanya telah meninggal, maka adik kandung yang sudah genap usia kawin, dibenarkan kawin dengan kakak iparnya agar hubungan kekeluargaan yang ada tetap berlangsung terus. Proses perkawinannya, biasanya tidak diacarakan tetapi langsung menjadi istri (Suami – Isteri) artinya cukup dengan mendapat restu dari kedua belah pihak keluarga yang bensangkutan dan maskawinnya terserah dan kepada kemampuan pihak keluarga laki-laki dan tidak dipaksakan.
d.      Perkawinan Pengganti Korban Pembunuhan (Farbakbuk Bin Babyak)
        Jenis perkawinan ini dikalangan masyarakat Biak termasuk perkawinan luar biasa.Karena wanita diberikan oleh keluarga pihak pelaku pembunuhan kepada pihak keluarga yang menjadi korban sebagai pengganti dengan maksud agar wanita tersebut kelak dalam perkawinannya melahirkan seorang anak sebagai pengganti korban dan selain dari itu berfungsi sebagai alat perdamaian dan sekaligus mengikat hubungan kekeluargaan diantara kedua keluarga yang bersangkutan serta menghilangkan dendam kusumat. Proses perkawinan adat ditiadakan termasuk maskawinnya dengan catatan bila dikemudian hari bila melahirkan seorang anak wanita dan ada maskawin, maka maskawinnya separuh / sebagian diberikan kepada keluarga korban sebagai tanda.
e.      Perkawinan Hadiah Perampasan Sebagai Budak (Tarbakbuk Women)
        Jenis perkawinan ini ada pada masyarakat Biak tempo dulu.  Sekarang sudah tidak ada lagi, dan mungkin sekali masih terdapat dikalangan masyarakat didaerah terpencil dipedalaman Papua atau didaerah-daerah terisolir pada lembah-lembah barisan pegunungan tengah Papua. Jenis perkawinan ini dikalangan masyarakat byak “tempo doeloe” terjadi bila marga-marga disuatu kampung menyerang kampung lain karena suatu sebab khusus, sebab khusus itu antara lain:  Kampung itu pernah diserang oleh kampung yang bersangkutan (Balas dendam). Kampung yang bersangkutan dicurigai sebagai mata-mata yang memudahkan kampung mereka diserang. Kampung yang bersangkutan dinilai berpeluang potensi ekonomis. Kampung yang bersangkutan dinilai letaknya strategis guna mengatur teknik penyerangan dan darat maupun dan laut.
Proses pernikahan tiap suku pun berbeda-beda. Di sini saya mengambil dua contoh. Yaitu suku Biak dan Dani.
a.       Biak
-          PEMINANGAN (FAKFUKEN)
                Pada tahap awal ini paman dan tante dan anak laki-laki calon suami melakukan pendekatan dengan keluarga pihak perempuan calon istri untuk menyampaikan niat keluarga laki-laki dan aturannya harus 3 (tiga) kali datang meminang. 
-          MASKAWIN (ARAREM)
                Setelah melalui tahap  peminangan adalah penentuan besarnya maskawin pada masyarakat biak yang disesuaikan dengan beberapa kriteria yaitu: Jumlah besar atau kecilnya keluarga perempuan, Status sosial yang disandang keluarga perempuan, dan Kecantikan / kepribadian/ perawan.
-          PROSES PENYERAHAN MASKAWIN (YAKYAKER ARAREM).
                Pada tahap ini maskawin diantar kekeluarga perempuan melalui suatu upacara arak-arakan yang disertai tari dan lagu Penyerahan maskawin dibagi dalam 2 (Dua) bagian yaitu: Bagian I dari Om / Tante / Familie dalam satu barisan tersendiri yang bertanggung jawab menyerahkan bagian dari maskawin yang disebut “Abobes Kapar” (Lepas pendong) kepada ibu kandung dan anak perempuan. Bagian II terdiri dari maskawin “Baken” (Inti) berada dalam satu barisan yang terdiri anggota keret / anggota keret lain yang terkait hubungan kekerabatan.
-          PERNIKAHAN (WAFWOFER)
                Sebelum menikah ada proses upacara inisiasi (Ramrem), untuk mendapatkan restu keluarga (Legalitas). Setelah tahap ini, kedua mempelai laki-laki dan perempuan dipersatukan dan upacara penikahan ( Waiwofer) diberlakukan oleh sesorang tua adat / keret atau oleh seseorang mananwir (Kepala keret / marga / clen) dengan cara meniup asap rokok keatas tangan calon suami-isteri yang sedang berjabat tangan sambil mengucapkan kata-kata pengukuhan nikah adat di hadapan kedua calon suami-isteri, dihadapan keluarga kedua pihak dan disaksikan “TUHAN DI SORGA” DAN BUMI YANG DIPIJAK, nikah adat ( Wafwofer) ini dinyatakan sah dan tidak dibenarkan untuk dibubarkan oleh siapapun dengan alasan apapun.
-          UPACARA PENYERAHAN PEREMPUAN (CALON ISTERI) KEPADA LAKI-LAKI (CALON SUAMI) (YAKYAKER).
                Keluarga membawa pulang istri kembali kerumah, kemudian keluarga pihak perempuan sudah menyiapkan harta benda keluarga / keret berupa “Perabot rumah tangga” sebagai oleh – oleh perempuan, lalu upacara penyerahan kembali perempuan oleh keluarga perempuan kepada suami , proses ini disebut “Yakyaker tahap pertama (I). Biasanya tahap ini berlangsung cepat dan tidak perlu diadakan pesta khusus lagi dan dengan demikian maka istri tersebut secara resmi menjadi milik laki-laki Suami dan keluarganya untuk selama-lamanya dengan status isteri sah. 
-          UPACARA PESTA ADAT (WOR)
                Tahapakhir dari proses perkawinan (Farbakbuk) adat biak yang dilalui setelah “rumah tangga baru” ini berlangsung beberapa waktu lamanya. Biasanya kedua pasang suami/isteri sudah mendapat anak-anak maka kepada Suami dan keluarganya wajib memberi ongkos tertentu berupa “makanan dan minuman” khas biak (keladi , bete, petatas, sayuran, ikan, daging babi, dan lain-lain sejenis) serta pula benda berharga lain.
b.      Dani
-          Lamaran oleh ayah namun saudara-saudaranya yang menyampaikan kata-kata penerimaan lamaran itu.
-          PESTA BABI
Kira-kira satu bulan sebelum pesta itu keluarga pemuda menghadiahkan beberapa ekor babi kepada saudara gadis itu; babi-babi itu kemudian diteruskan kepada saudara ibu gadis itu. Sisanya akan disembelih pada hari-hari pesta itu.
-          Pemimpin mengambil sepotong kecil daging babi dan membuat suatu garis di antara payudara gadis itu. Dia menyebutkan beberapa jenis udang, yang selama pesta itu tidak boleh dimakan oleh gadis itu. Kemudian dengan sebuah batu panas dia menyentuh daging, yang sudah ditentukan untuk gadis itu guna mencegah dia jangan sampai menjadi sakit.
Kalau makanan sudah masak maka berlangsunglah penyerahan hadiah-hadiah kepada gadis-gadis itu di halaman di depan rumah kaum pria; hadiah-hadiah itu ditumpangkan di kepala gadis-gadis itu, sampai-sampai mereka seperti tertimbun hadiah-hadiah itu.
-          Sebagian dari daging, yang bercucuran tetesan lemak ditaruh di muka gadis-gadis yang duduk berkeliling di dalam dapur. Daging itu lalu dipotong-potong dan diberi kepada ayah para mempelai perempuan dan para pemberi jala-jala dan pita-pita dengan menyebutkan nama-nama mereka. Menjelang malam hari gadis-gadis itu memakai tali manik-manik yang ketat yang menjadi penutup aurat dan menerima tongkat penggali yang baru. Mulai sekarang mereka disapa dengan perkataan "wanita yang sudah menikah".
-          Mempelai diarak ke rumah ibu suaminya. Beberapa saat kemudian para pengantar kembali ke rumah. Baru beberapa hari kemudian suaminya datang. Mereka duduk bersama-sama, saling memberi makan dan dengan itu terbukalah peluang untuk adanya hubungan yang intim.
7.       Upacara kematian
a.       Upacara Kematian Masyarakat Tor atau Bgu
        Masyarakat pantai utara percaya bahwa jiwa orang mati akan melepaskan dari tubuh menjadi roh secara berangsur-angsur. Dalam proses itu ia masih berada di sekitar rumah tepat tinggalnya. Itulah sebabnya keluarga orang yang meninggal diasingkan dalam rumah supaya tidak menulari masyarakat sekitar dengan nuansa kematian dari orang yang meninggal itu. Setelah kepka lepas, maka ia akan pergi ke alam baka yang dipercaya berupa suatu gunung yang bernama gunung Tardongasau.
b.      Upacara Kematian Masyarakat Dani
        Menurut adat masyarakat suku Dani, jenazah orang yang meninggal tidak dikuburkan, namun dikremasi atau dibakar dengan upacara adat. Upacara adat ini biasanya berlangsung selama 40 hari, yang dilakukan di halaman Sili atau di depan Pilamo.
        Sebelum dibakar famili terdekat memotong jari dan telinga sebagai tanda berkabung, dan nanti dikumpulkan bersama-sama abu jenazah yang dibungkus dengan kulit kayu, kemudian digantung. Pembakaran mayat sampai kini masih berlaku, kecuali pemeluk agama Kristen. Mereka menanam abu jenazah ke dalam lobang yang digali di tempat itu juga dan sekitarnya ditanami bunga-bungaan.
        Selama upacara adat ini berlangsung, sejumlah hewan dikorbankan kemudian bagian ekor dan telinganya dipotong dengan sebilah bambu, yang kemudian ditempatkan di dalam Honai, sebagai simbol dari leluhur (sumber kehidupan, kebudayaan, kesuburan dan keselamatan).
        Tubuh mereka dibaluri dengan tanah liat merah, sebagai tanda duka yang dalam atas berpulangnya orang yang mereka cintai.
        Ada pula yang diawetkan dijadikan mumi. Biasanya hanya orang-orang tertentu yang berhak dimumikan. Seperti orang yang dianggap pahlawan, karena banyak berjasa dalam perang antar suku sepanjang hidupnya. Bisa jadi mereka adalah kepala suku atau panglima perang.
8.       Upacara Barapen (bakar batu)
Upacara ini dilaksanakan dalam acara-acara adat mulai dari simbol perdamaian saat terjadi perang antar suku sampai peresmian gedung dan pesta adat lainnya
Prosesnya:
-          Batu dibakar hingga panas
-          Batu yang sudah panas dimasukkan dalam lubang yang sudah dialasi daun pisang,lalu ditutup dengan daun pisang lagi, lalu bahan makanan dimasukkan, ditutup dengan daun pisang,lalu ditaruh batu lagi di atasnya
-          Setelah matang, makanan dibagikan dan dimakan bersama
9.       Pakaian adat
Suku Papua memiliki rumah adat yang bernama honai. Di dalam rumah adat tersebut, satu keluarga tinggal bersama hewan peliharaannya (babi). Bangunan honai berbentuk silinder diperuntukkan sebagai tempat ngeriung (di lantai bawah) dan tidur (di lantai atas). Berpintu satu dan memiliki perapian di tengah-tengah sebagai penghangat ruangan. Baik lantai atas maupun bawah ketinggiannya tidak sampai setinggi orang dewasa sehingga penghuni dewasa harus berjalan dengan membungkuk. Untuk menuju lantai atas disediakan tangga. Satu-satunya penerangan hanyalah bara perapian. Bentuk bulat honai dimaksudkan untuk menahan terpaan angin yang kencang dan gempa yang sering menimpa daerah Jayawijaya.
Selain rumah adat, pakaian suku-suku di Papua juga khas. Kebanyakan berbentuk cawat untuk menutup aurat laki-laki maupun perempuan. Sedangkan sebagai bra, biasanya mereka membuatnya dari anyaman daun sagu muda yang disebut peni atau samsur. Tali pengikatnya dibuat dari akar pandan, disebut tali bow. Dan peni, dahulu, hanya dipakai oleh istri panglima perang. Yang paling khas lagi adalah suku Dani. Untuk kaum lelakinya, mereka hanya mengenakan penutup kemaluan yang disebut dengan nama koteka. Koteka dibuat dari kalabasah, sejenis labu Cina. Ada tiga pola penggunaan koteka, yaitu tegak lurus: menandakan bahwa pemakainya adalah "pria sejati". Makna simbolik lainnya mengisyaratkan, pria yang memakainya masih perjaka. Jika koteka tersebut miring ke samping kanan memiliki makna simbol kejantanan, bermakna bahwa penggunanya adalah pria gagah berani, laki-laki sejati, pemilik harta kekayaan yang melimpah, memiliki status sosial yang tinggi atau mempunyai kedudukan sebagai bangsawan. Miring ke kanan menandakan kekuatan bekerja, keterampilan memipin, dan pengayom rakyat. Sedangkan, jika miring ke samping kiri memiliki makna pria dewasa yang berasal dari golongan menengah dan memiliki sifat kejantanan sejati. Juga menunjukkan pemakainya adalah keturunan Panglima Perang (apendabogur).
Selain itu, suku Papua juga memiliki tas khas yang telah diresmikan PBB sebagai salah satu warisan dunia yaitu noken.
10.   Tari dan musik
Papua memiliki beberapa tarian tradisional. Tarian yang mereka miliki diantaranya adalah tari perang, tari yosi pancar, tari gatsi, dan tari ular.
Sedangkan untuk produk budaya dalam bidang musik, mereka mempunyai alat musik yang khas seperti tifa, harpa mulut(terbuat dari bahan bambu. Dibuat dua lubang irisan sepanjang sepotong batang bambu sampai di bagian simpulnya. Lubang irisan di tengah adalah yang terpendek dan tersempit. Bagian sisi harpa yang tersempit digulung dengan tali serat, mungkin serat kulit kayu, agar keseluruhan alat tetap utuh tak berantakan. Pada sisi harpa yang terlebar terpasang seutas tali pendek untuk menghasilkan nada-nada bervariasi. Harpa mulut ditempatkan di mulut dan harus ditiup untuk menghasilkan bunyi. Di masa lampau fungsi sebuah harpa mulut adalah untuk memberitahukan kepada seorang gadis bahwa dia sedang digemari), dan sneelhorn (terompet khas Papua). Mereka juga memiliki lagu daerah yang sangat terkenal dan bahkan sudah tersebar di seluruh Indonesia. Diantaranya adalah apuse dan yamko rambe yamko.
11.   Perang
Berbicara tentang budaya Papua, berarti berbicara tentang perang. Karena perang antar suku merupakan budaya yang bisa dibilang lumrah terjadi di Papua. Perang biasanya terjadi karena pelanggaran adat atau karena babi. Dalam budaya Papua, babi merupakan hewan peliharaan yang hampir pasti tiap rumah memilikinya. Jika babi milik satu sudah terlalu banyak dan babi suku tersebut ketahuan berada di wilayah suku lain, mereka bisa saja berperang karena hal tersebut. Dan jika mereka sudah berperang, jumlah korban tiap suku harus sama. Jika jumlah korban tetap tidak sama dan dicapai kesepakatan damai, mereka biasanya berkumpul bersama untuk melaksanakan upacara bakar batu/barapen. Dalam upacara tersebut, babi-babi tersebut akan dibakar sehingga jumlah babi pun berkurang.
Karena perang menjadi budaya orang Papua, maka seni persenjataan adalah hal yang pasti berkembang. Senjata-senjata yang mereka gunakan biasanya adalah tombak, panah, dan belati.
12.   Kuliner
Kuliner paling khas dari Papua adalah papeda. Papeda atau bubur sagu, merupakan makanan pokok masyarakat Maluku dan Papua. Makanan ini terdapat di hampir semua daerah di Maluku dan Papua. Papeda dibuat dari tepung sagu. Papeda biasanya disantap bersama kuah kuning, yang terbuat dari ikan tongkol atau ikan mubara dan dibumbui kunyit dan jeruk nipis. Mayoritas makanan Papua adalah olahan ikan sesuai lokasinya yang dekat laut.
13.   Isu Papua saat ini
Papua saat ini memiliki banyak isu yang harus diluruskan. Isu-isu tersebut diantaranya adalah:
a.       Separatisme
Akar separatisme di Papua adalah ketidakadilan. Sebagaimana penyebab separatisme di tempat lain, ketidakadilan distribusi pendapatan adalah hal yang sangat jelas terlihat di Papua. Seperti yang kita tahu, Papua adalah tanah yang kaya. Hal ini terlihat dengan makmurnya Freeport yang telah lama bercokol di Tembagapura. Freeport semakin kaya tapi masyarakat di sekitar daerah tersebut malah tidak ada kelihatan makmurnya. Efek dari penambangan tersebut adalah rusaknya ekosistem alam di sekitar area penambangan tersebut. Padahal orang Papua biasa mencari nafkah di sekitar area penambangan tersebut seperti dengan berburu atau mencari ikan. Tapi karena rusaknya hal tersebut, akhirnya mereka pun tidak bisa berbuat apa-apa. Itulah yang memicu timbulnya separatisme di Papua.
Selain hal di atas, ada juga yang beropini bahwa separatisme tersebut sengaja ditimbulkan oleh Amerika. Karena dengan terpisahnya Papua dari Indonesia, Amerika akan semakin mudah untuk mengontrol kekayaan alam Papua.
b.      Kesehatan
Kesehatan masyarakat Papua termasuk yang buruk di Indonesia. Hal tersebut merupakan dampak modernisasi lingkungan seksual Papua di antaranya komersialisasi hubungan seksual, konsep dan perilaku baru, perubahan struktur perkawinan dan tanggungjawab keluarga. Efek modernisasi menyebabkan seks komersial lebih tersebar luas melalui mobilitas ke kota. Ini didorong hal-hal baru seperti film porno dan minuman keras. Sebuah penelitian yang dikomandoi Lesslie Butt Ph.d, seorang peneliti Aksi Stop AIDS Family Health International (ASA/FHI) bekerja sama dengan United State Agency for International Development (USAID) dan Lembaga Penelitian Universitas Cendrawasih menggali hubungan antara rata-rata infeksi HIV/AIDS dan kebudayaan dan perubahan sosial di Papua. Alasannya sejumlah penelitian menyebutkan bahwa 97 persen faktor penyebaran HIV/AIDS di Papua melalui hubungan seksual. Propinsi ini memiliki prevalensi kasus HIV/AIDS paling tinggi di Indonesia.
Selain karena modernisasi lingkungan seksual tersebut, adat khas Papua yang berkaitan dengan perang dan darah (seperti saat pesta pernikahan atau kematian) juga berpengaruh. Karena seperti yang kita tahu bahwa AIDS maupun HIV bisa menular melalui darah.