Pages

Tuesday 30 June 2015

Tuhan 9 cm

Kali ini saya lagi pengen memposting sebuah puisi dari Taufik Ismail. Sebuah puisi tentang hal yang sering menjadi perdebatan bagi mayoritas orang Indonesia. Yaitu tentang rokok. Ya udah nggak perlu lama-lama. Selamat menikmati :-)

Tuhan 9 cm oleh Taufik Ismail
puisi ini saya dedikasikan pada segenap ahli hisap dan calon korban yang semoga tetap menjadi calon korban....

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im
sangat ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya
apakah ada buku tuntunan cara merokok,

Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk
orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok,
sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,

Negeri kita ini sungguh nirwana
kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
tapi tempat cobaan sangat berat
bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,

Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok,

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter
tak tertahankan asap rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun
menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut
dan hidungnya mirip asbak rokok,

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul
saling menularkan HIV-AIDS sesamanya,
tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya
mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus,
kita ketularan penyakitnya.
Nikotin lebih jahat penularannya
ketimbang HIV-AIDS,

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia,
dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu,
Bisa ketularan kena,

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok,
dan ada juga dokter-dokter merokok,

Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil,
pertandingan bulutangkis,
turnamen sepakbola
mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,

Di kamar kecil 12 meter kubik,
sambil ‘ek-’ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat
dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh,
dengan cueknya,
pakai dasi,
orang-orang goblok merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im
sangat ramah bagi orang perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup
bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh,
duduk sejumlah ulama terhormat merujuk
kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,
tapi ahli hisap rokok.
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka
terselip berhala-berhala kecil,
sembilan senti panjangnya,
putih warnanya,
ke mana-mana dibawa dengan setia,
satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang,
tampak kebanyakan mereka
memegang rokok dengan tangan kanan,
cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda
yang terbanyak kelompok ashabul yamiin
dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz.
Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i.
Kalau tak tahan,
Di luar itu sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum.

Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr.
Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi).
Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok.
Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz.
Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang,
karena pada zaman Rasulullah dahulu,
sudah ada alkohol,
sudah ada babi,
tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok,
Lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan,
jangan,

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu,
yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir.
Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap,
dan ada yang mulai terbatuk-batuk,

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini,
sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok.
Korban penyakit rokok
lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas,
lebih gawat ketimbang bencana banjir,
gempa bumi dan longsor,
cuma setingkat di bawah korban narkoba,

Pada saat sajak ini dibacakan,
berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita,
jutaan jumlahnya,
bersembunyi di dalam kantong baju dan celana,
dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,
diiklankan dengan indah dan cerdasnya,

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri,
tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini,
karena orang akan khusyuk dan fana
dalam nikmat lewat upacara menyalakan api
dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,

Rabbana,
beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.


Monday 29 June 2015

Gunting

Jarum pendek jam di ruang tengah menunjuk ke angka delapan. Jarum panjangnya berada di antara angka enam dan tujuh. Belum terlalu malam sebenarnya. Yudi dan Aulia pun sama-sama belum mengantuk. Karena terasa sepi, maklum nggak ada TV, Yudi pun mengajak Aulia mengobrol. Ngalor ngidul mereka bicara sampai akhirnya Yudi mengajak Aulia bermain tebak-tebakan. 
“Sayang, kalau orang tuna rungu sama tuna wicara minta gunting gimana caranya?”
Aulia memandang langit-langit rumahnya dengan wajah yang terlihat kosong karena bingung. Seolah menemukan sesuatu, Aulia pun berkata, “gini ya, sayang?” sambil menggerakkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk gunting.
“Iya. Betul sekali sayangku. Nah, sekarang kalau orang tuna netra gimana?”
Secara refleks, Aulia pun langsung memperagakannya dengan membentuk jari telunjuk dan jari tengahnya seperti gunting sambil memejamkan mata. Pecahlah tawa Yudi sampai terguling-guling.

Friday 26 June 2015

Merdeka Pada Bulan Ramadhan

Indonesia, negeri yang gemah ripah loh jinawi ini menganut dua sistem penanggalan. Yaitu penanggalan dengan peredaran matahari sebagai patokannya, biasa disebut kalender Syamsiyah, dan penanggalan dengan peredaran bulan sebagai patokannya, biasa disebut sebagai kalender Qomariyah. 

Berdasarkan kalender Qomariyah, hari ini bertepatan dengan hari Jum'at tanggal 9 Ramadhan 1436 H.

Wednesday 24 June 2015

Kolaborasi Pengamat dan Komentator

banyak orang yang sering membaca portal berita online. tapi nggak semuanya membaca komentar-komentar di portal berita online tersebut. misalnya di situs berita online yang namanya sama seperti satuan waktu. komentar-komentar pembaca bertebaran di situ. terutama di berita politik, sepakbola, dan gosip artis. gaya bahasanya pun bermacam-macam. dari yang bijak, tenang, netral, provokatif, sampai komentar kasar macam hewan yang menggonggong pun ada. 

Monday 22 June 2015

Kontradiksi

pernah pada suatu akhir pekan saya melihat acara di stasiun TV yang identik dengan angka tujuh. pada saat itu yang ditayangkan adalah acara tentang ruqyah syar'iyah. saya bisa mengambil banyak ilmu dari acara tersebut. dari acara tersebut pula saya jadi mengetahui bagaimana tipu daya jin. setelah acara itu selesai, pada saat itu tangan saya seperti enggan untuk memindah channel TV. berpikir bahwa setelah ini mungkin acaranya bagus, eh ternyata ganti menjadi sebuah acara yang berkaitan dengan mistis. di acara tersebut salah satu MC-nya ada yang kesurupan. tapi kok penanganannya nggak pakai cara ruqyah syar'iyah macam di acara sebelumnya. malah pakai gerakan aneh-aneh.

Monday 15 June 2015

Akhirnya Balik Juga

Alhamdulillah sekarang saya bisa mulai nulis lagi. Setelah hampir dua tahunan nggak nulis apa-apa di blog ini, akhirnya bisa nulis juga.
Kemarin-kemarin tu lama nggak nulis gara-gara banyak event yang harus dikerjakan. Alhamdulillah ada kerjaan baru juga. Karena saya lulusan sebuah perguruan tinggi kedinasan yang terletak di daerah Bintaro sektor 5 dengan inisial STAN, ya akhirnya saya dipercaya negara ini untuk jadi abdi negara di sebuah kantor di bilangan Lapangan Banteng dengan kode SJ.424 (cari tau sendiri ya.hehe). Karena jadi pegawai baru, banyak kegiatan bermacam-macam terutama yang berhubungan dengan yang namanya orientasi.
Selain itu ada juga event pribadi yang mesti dilakukan sehingga membuat perhatian saya ke blog ini jadi teralihkan. Sekarang saya sudah niat dalam hati saya (masa dalam hatimu?hehe) untuk kembali menulis lagi. Kebetulan permasalahan yang semakin banyak membuat saya harus sering bercerita supaya otak ini nggak overload dan nge-hang.
Akhirul kalam, semoga tulisan-tulisan saya ke depan nantinya bisa bermanfaat ya.