Pages

Friday 17 May 2013

Cinta Monyet & Cinta Harimau


Suatu hari sepasang suami istri pergi ke Kebun Binatang. Di sana, keduanya melihat seekor monyet sedang bermain dengan pasangannya. Seketika sang istri berkomentar,"Aduhai alangkah indahnya cinta mereka!"Kemudian kedua sejoli itu berlalu lalu berhenti di depan kandang harimau. Keduanya menyaksikan seekor harimau jantan duduk termangu, sedang pasangannya, harimau betina, berada sedikit jauh dari sang jantan. Sang istripun berkomentar,"Ooh dingin sekali! betapa pilunya kisah cinta mereka!"Sang suami lalu memberi tanggapan terhadap komentar istrinya seraya berkata, "Coba lempar harimau betina itu dengan serpihan kaca ini; lihat reaksi harimau jantan itu." Ketika serpihan kaca dilemparkan ke arah harimau betina, serta merta si raja hutan itu bangkit meradang dan mengaum melindungi betinanya.Kemudian sepasang anak Adam 'alaihissalam itu kembali ke kandang monyet untuk melakukan hal yang sama. Sang istri melemparkan potongan kaca lain ke arah monyet betina. Ternyata begitu kaca dilemparkan ke arah sang betina, si monyet jantan spontan lari pontang-panting menyelamatkan diri sendiri agar tidak terkena lemparan serupa.Laki-laki itu pun berpetuah kepada istrinya,"Janganlah Adinda tertipu dengan penampilan orang di depan mata, karena sebagian orang menipu orang lain dengan sikap manisnya yang palsu, namun ada pula yang tulus dan menyimpan kejujuran di dalam lubuk hatinya."

copas dari artikel di majalah Qiblati edisi 5 tahun VIII

Sunday 5 May 2013

Guru dan Murid

Pada beberapa hari yang lalu, saya melakukan hal yang menjadi rutinitas selama menunggu penempatan. Yaitu mengantar ibu ke tempat kerjanya di SMAN 1 Pemalang dengan motor. Pada saat berhenti di pertigaan Sirandu, saya melihat seorang siswi SMAN 1 Pemalang sedang naik motor. Siswi tersebut sempat menoleh ke arah saya dan ibu, tapi dia tidak mengucapkan salam ataupun menebar sedikit senyumnya (padahal kalau mau senyum kan bakal kelihatan lebih cantik dek.hehehe). Saya jadi kaget, terpana, dan hampir-hampir tidak percaya saat lihat adegan ini. Sama gurunya sendiri kok gitu.
Saat lampu pertigaan menyala hijau, saya sempet sedikit berbincang dengan ibu. lebih kurangnya begini percakapannya (sebenarnya dalam bahasa Jawa, tapi takutnya ntar malah pada bingung.hehehe).

Saya: "bu, anak sekarang kok kayaknya nggak pada kenal sama gurunya ya?"
Ibu: "iya mas(ini panggilan sayang ibu ke saya). Kebanyakan kalau sama guru yang mengajar di kelasnya atau jurusannya, mereka hormat dan nunduk-nunduk. Tapi kalau sama guru yang nggak mengajar atau beda jurusan ya nggak kenal"
Saya: "wah,kok parah banget ya. Saya saja masih kenal sama guru saya dari SD sampai sekarang. Walaupun nama ada yang lupa, tapi kalau wajah mesti ingat. Dan saya pasti akan kasih senyum ke mereka"
Ibu: "ya gitu lah sekarang. Kalau sama guru yang mengajar kan mereka ada kepentingan nilai. Kalo sama yang nggak ngajar kan nggak ada" (Saya langsung berpikir dalam pikiran, "wah, matre banget kalau gitu")
Saya: "sama gurunya saja gitu. Apalagi sama OB, petugas TU, sama pedagang kantin ya. nggak bisa dibayangkan"

Lalu sampailah kami di depan gerbang SMAN 1 Pemalang. Lalu ibu pun pasti mengucapkan ucapan rutinnya, "Wis sek yo le" (artinya, "udah dulu ya nak") dan saya pun menjawabnya dengan "iyo bu".
Ya begitulah realita yang saya lihat saat ini. Penghormatan siswa pada gurunya sudah berkurang. Sebagian besar menganggap bahwa seorang guru hanya penting untuk mendapatkan nilai, bukan untuk mencari ilmu atau memperbaiki diri. Tapi tidak dipungkiri juga kalau saat ini banyak guru yang kurang bisa untuk dihormati bahkan malah menjadi contoh buruk bagi muridnya. Mereka tidak menjadi seseorang yang bisa digugu(diikuti tutur katanya/ilmunya) dan ditiru. Jamak saat ini guru yang merokok bareng anak didiknya, guru yang hobi buka gambar atau video porno di komputer sekolah, dan ada yang bolos mengajar tanpa alasan.
Agar terjadi sinergi yang baik, tentunya kedua belah pihak harus memperbaiki diri. Para guru harus belajar agar bisa menjadi seseorang yang digugu dan ditiru. Sedangkan para murid harus mengubah mindset-nya tentang sekolah, bahwa sekolah adalah tempat mencari ilmu. Bukan tempat mencari nilai. Karena jika kita menguasai ilmu itu, tentunya nilai akan datang dengan sendirinya.
Semoga hal ini tidak terjadi lagi di kemudian hari. Saya sangat ingin melihat saat anak-cucu saya bersekolah, murid-muridnya bisa lebih menghargai guru dan menganggapnya sebagai teman belajar, pembimbing akhlak, dan teladan yang baik. Semoga saja, dalam beberapa waktu ke depan juga semakin banyak guru yang baik. Yaitu guru yang bisa bisa dijadikan teladan, sabar dalam membimbing anak didiknya, dan mau memperhatikan akhlak para murid. Tidak hanya menjadi guru yang memberi banyak tugas dan ulangan, marah kalau nilai anak didiknya jelek, tapi sering bolos mengajar. Sebuah harapan yang tidak semu menurut saya.

Friday 3 May 2013

Uang dan Persaudaraan

Uang memang barang yang penting dalam kehidupan. Tanpa uang, kita biasanya akan kebingungan dan mendadak pusing. Tapi kita juga harus ingat bahwa uang bukanlah segalanya. Manusia tidak akan mati tanpa uang. Jika manusia mau memutar otaknya serta menggerakkan tubuhnya, manusia tidak akan kebingungan dan pusing tanpa uang. Karena Allah-lah yang memberi rizki untuk semua makhluk ciptaan-Nya. Bahkan seekor cicak tak bersayap yang ditakdirkan Allah untuk makan nyamuk pun bisa tetap bertahan hidup dan berzikir pada-Nya.
Uang itu bagaikan pisau bermata dua, bisa bermanfaat bahkan berpahala jika dimanfaatkan untuk hal yang baik. Tapi juga bisa merugikan dan bahkan menjadi dosa bagi pemiliknya. Jika uang digunakan untuk bersedekah fi sabilillah, tentunya itu akan bermanfaat dan menjadi berpahala untuk pelakunya. Jika uang digunakan untuk menafkahi keluarga, tentunya juga bermanfaat dan berpahala di mata Allah. Itulah manfaat uang. Namun, sering saya lihat kalau uang itu malah membuat pemiliknya merugi, kebingungan, dan bahkan menjadi penyebab pemiliknya mendapatkan dosa. Terutama dalam masalah hutang piutang.
Masalah hutang piutang memang sangatlah rumit. Sampai-sampai Allah menurunkan ayat khusus di Al-Qur'an tentang hutang piutang. Diharapkan bagi umat Islam tidak terjebak dalam perkara ini. Sayangnya, pada dunia nyata dan kehidupan bermasyarakat sering ditemukan masalah tentang hal ini. Masalah itu kebanyakan timbul dari sifat dasar manusia itu sendiri yang selalu mau enaknya tapi tidak mau menanggung resikonya. Contohnya, pada waktu berhutang, mereka memaksa-maksa dan memelas pada calon pemberi hutang. Tapi ketika sudah jatuh tempo pengembalian, si penghutang tidak amanah dan selalu mencari-cari alasan agar pembayarannya bisa mundur. Karena sampai berlarut-larut, akhirnya si pemberi hutang pun marah dan hubungan silaturahmi antara penghutang dan pemberi hutang pun putus.
Hal ini jamak terjadi sekarang. Sering kita lihat dua orang yang pada awalnya sahabat dekat jadi tidak pernah bertegur sapa gara-gara masalah hutang piutang. Dua orang yang masih satu keluarga jadi bertengkar gara-gara hutang yang tidak dibayar. Yang lebih parah lagi, ada yang bunuh-bunuhan gara masalah hutang dan bisnis (Na'udzubillah!).
Itulah sebabnya kita harus berhati-hati tentang masalah ini. Dalam Al-Baqarah ayat 282, kita bisa meminimalisasi masalah ini dengan melakukan pencatatan atau saat ini kita menyebutnya dengan pembukuan atau akuntansi. Dengan mencatat hutang piutang, kita punya bukti yang kuat tentang hutang piutang kita. Jadi jika salah satu pihak ingkar janji, kita bisa menuntutnya ke jalur hukum karena kita punya bukti yang kuat. Cara kedua, kita bisa meminta barang jaminan dari orang yang akan berhutang. Apabila orang tersebut ingkar, kita bisa memanfaatkan barang jaminan tersebut.
Semoga kita selalu berhati-hati dalam masalah yang berkaitan dengan uang. Karena uang memang tidak mengenal saudara. Apalagi teman atau sahabat.

Thursday 2 May 2013

Hikmah All Germany Final di Liga Champions 2013

Leg kedua semifinal Liga Champions tahun 2013 ini menghasilkan dua tim asal Jerman yang akan beradu di stadion Wembley pada tanggal 25 Mei 2013. Kedua tim tersebut adalah Borussia Dortmund dan Bayern Munchen. Kedua tim tersebut masuk ke final setelah mengalahkan masing-masing lawannya yang merupakan dua tim asal Spanyol. Yaitu Real Madrid dan Barcelona. Dortmund walaupun pada leg kedua kalah 2-0 dari Real Madrid, tetapi mereka tetap berhak lolos karena pada leg pertama mereka menang 4-1 sehingga secara agregat mereka unggul 4-3. Sedangkan Bayern Munchen dengan meyakinkan menggilas rata Barcelona di leg pertama dan kedua dengan 4-0 dan 3-0 sehingga secara agregat mereka unggul 7-0.
Menurut saya, hasil semifinal leg kedua ini bukan semata kemenangan Munchen atau Dortmund. Tapi ini adalah kemenangan Jerman secara telak. Terutama kemenangan federasi sepakbola-nya. Setelah hasil memalukan di Euro 2000, Jerman berbenah dengan mereformasi banyak hal. Terutama dalam sistem pembinaannya. Kenapa sistem pembinaannya, Jerman belajar dari hasil memalukan Euro 2000 tersebut. Pada Euro 2000, Jerman masih memainkan pemain yang sudah uzur dalam olahraga sepakbola seperti Lothar Matthaus, Oliver Bierhoff, dan lain-lain. Hasil dari penggunaan pemain tua tersebut adalah kegagalan total. Pada fase grup, Jerman menjadi juru kunci tanpa meraih satu pun kemenangan. Setelah itu federasi sepakbola Jerman merubah aturan tentang pembinaan. Salah satu aturannya adalah klub yang bermain di Bundesliga 1 dan Bundesliga 2 harus memiliki akademi sepakbola dan di akademi sepakbola tersebut harus memiliki minimal 12 pemain Jerman di semua kelompok umur. Untuk lebih jelasnya, anda bisa melihat artikel http://bola.kompas.com/read/2013/02/21/11470526/Jerman.Belajar.dari.Kekalahan 
Hasil dari reformasi tersebut sudah terlihat sejak Euro 2008. Pada saat itu Jerman sudah mendapatkan prestasi bagus dengan menjadi finalis Euro 2008. Lalu pada Piala Dunia 2010, mereka menjadi semifinalis. Kemudian pada Euro 2012 mereka menjadi semifinalis. Sebuah hasil reformasi yang bisa dibilang cepat.
Kita bisa mengambil hikmah dari hal ini. Dalam menjalankan organisasi, kita tidak boleh lupa akan kaderisasi. Karena kaderisasi adalah salah satu faktor penentu keberlangsungan dan keberhasilan sebuah organisasi. Pada saat ini, jamak kita lihat bahwa organisasi-organisasi massa kurang memperhatikan kaderisasi. Contohnya adalah partai politik yang akan tampil 2013 nanti. Mereka banyak yang mencari caleg yang berasal dari kalangan artis. Hal ini cukup membuktikan jika mereka tidak percaya terhadap diri mereka sendiri dan juga memperlihatkan bahwa kaderisasi partai tidak berjalan dengan baik.
Begitu pula dalam kehidupan, jika kita ingin Islam tetap berjaya, mau tidak mau kita juga harus memperhatikan masalah kaderisasi. Kita harus memperhatikan generasi muda dan mempersiapkannya agar bisa menjadi kader Islam yang baik. Rasulullah Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam telah mengajarkannya pada kita untuk mempersiapkan anak-anak kita. Salah satunya dalam beberapa hadits adalah mengajarkan sholat sejak usia 7 tahun, mengajari berenang, memanah, bergulat, dan berkuda, serta mengajarkan tentang keesaan Allah sejak kecil. Hasil dari kaderisasi Islam yang hebat bisa terlihat dengan suksesnya kekhalifahan Umawiyah dan Abbasiyah. Pada saat itu, Islam mampu menyebar dari Indonesia sampai dengan Andalusia(Spanyol). Saat itu, ilmu pengetahuan pun berkembang pesat. Mulai dari ilmu kedokteran, ilmu politik, ilmu sejarah, ilmu teknik, dan lain-lain.
Kalau kita mengabaikan masalah kaderisasi, hasilnya bisa kita lihat saat ini. Banyak anak kecil yang lebih hafal lagu-lagu cinta daripada surat Al-Maa'un, pacar lebih dipentingkan daripada orang tua (udah dosa, nambah lagi dosa lain), bahkan ada yang sampai mempermainkan gerakan Sholat dan mengunggahnya ke dunia maya. Mungkin cukuplah generasi seperti itu saat ini. Semoga ke depannya akan ada generasi baru yang jauh lebih baik daripada generasi sekarang. Jangan sampai ke depannya ada orang tua yang mengaku Islam tapi tidak hafal Al-Fatihah.

Menjadi Terlihat atau Tersembunyi

Saya sering merasa heran ketika melihat acara di tv. Terutama pada acara pencarian bakat. Di situ terlihat banyak sekali orang yang berpenampilan heboh dan malah aneh menurut saya. Kebanyakan dari mereka memiliki tujuan untuk dikenal banyak orang. Mungkin itu adalah suatu hal yang wajar di saat ini. Tapi entah kenapa saya merasa aneh. Mungkin karena prinsip saya yang berbeda dengan sebagian besar dari mereka. Memang benar, menjadi terkenal adalah hal yang menyenangkan. Orang-orang jadi mengelu-elukan, banyak yang menyapa, bahkan hal remeh yang dimiliki pun menjadi hal yang berharga di mata orang lain terutama yang jadi penggemar.
Jujur saja, saya pribadi bukanlah orang yang ingin dikenal. Saya malah sangat suka mengenal orang banyak tanpa mereka harus mengenal saya. Apalagi orang yang baru saya temui. Saya lebih memilih menjadi seseorang yang tak terlihat. Dengan ke-tidak terlihat-an tersebut, saya malah jadi lebih mengerti banyak hal. Sebagaimana seorang intelijen, saya sering mengetahui banyak informasi dari pihak luar dan mengolahnya untuk berbagai tujuan yang saya inginkan. Contohnya, dengan ke-tidak terlihat-an tersebut saya bisa menenangkan gejolak yang pernah terjadi di keluarga saya (maaf tidak bisa saya ceritakan lebih detail karena menurut saya ini adalah suatu hal yang tidak perlu diceritakan secara detail kepada khalayak ramai). Saya melakukannya dengan menjadi seorang pendengar untuk kedua belah pihak dan lalu saya simpulkan masalahnya. Kemudian saya mencoba menenangkan kedua belah pihak dengan cara saya.
Dengan ke-tidak terlihat-an tersebut, saya juga bisa bebas keluar masuk kemanapun. Bahkan, saya bisa bergaul dengan dua orang yang berbeda ideologi sama sekali (misal, orang ber-ideologi liberal dan yang ber-ideologi sosialis). Alhamdulillah, hasil pergaulan tersebut menimbulkan hal yang baik untuk saya. Saya bisa memilah mana hal yang tepat dan akhirnya pencarian tersebut memang kembali kepada hal yang sudah saya kenal sejak lama. Yaitu Islam. Pada awalnya memang saya menjadi terombang-ambing dan sempat tersesat. Tapi memang saya ditakdirkan Allah untuk kembali dan itulah kenapa saya mengucap syukur kepada Allah.
Yang jelas, menjadi terkenal atau tidak, jadilah manusia yang bertanggung jawab. Janganlah dengan keterkenalan kita malah melakukan hal yang buruk. Misalnya, berpendapat bahwa seks bebas itu halal, homoseks dan lesbian tidak berdosa, atau malah melakukan hal nyeleneh yang bertentangan dengan norma-norma. Berilah contoh dengan keterkenalan. Sedangkan yang tidak (ingin) terkenal atau tidak (ingin) terlihat, jadilah seorang tidak terlihat yang baik. Karena terkadang seekor semut bisa mengagetkan seorang manusia ketika ia menggigit.