Pages

Friday 3 May 2013

Uang dan Persaudaraan

Uang memang barang yang penting dalam kehidupan. Tanpa uang, kita biasanya akan kebingungan dan mendadak pusing. Tapi kita juga harus ingat bahwa uang bukanlah segalanya. Manusia tidak akan mati tanpa uang. Jika manusia mau memutar otaknya serta menggerakkan tubuhnya, manusia tidak akan kebingungan dan pusing tanpa uang. Karena Allah-lah yang memberi rizki untuk semua makhluk ciptaan-Nya. Bahkan seekor cicak tak bersayap yang ditakdirkan Allah untuk makan nyamuk pun bisa tetap bertahan hidup dan berzikir pada-Nya.
Uang itu bagaikan pisau bermata dua, bisa bermanfaat bahkan berpahala jika dimanfaatkan untuk hal yang baik. Tapi juga bisa merugikan dan bahkan menjadi dosa bagi pemiliknya. Jika uang digunakan untuk bersedekah fi sabilillah, tentunya itu akan bermanfaat dan menjadi berpahala untuk pelakunya. Jika uang digunakan untuk menafkahi keluarga, tentunya juga bermanfaat dan berpahala di mata Allah. Itulah manfaat uang. Namun, sering saya lihat kalau uang itu malah membuat pemiliknya merugi, kebingungan, dan bahkan menjadi penyebab pemiliknya mendapatkan dosa. Terutama dalam masalah hutang piutang.
Masalah hutang piutang memang sangatlah rumit. Sampai-sampai Allah menurunkan ayat khusus di Al-Qur'an tentang hutang piutang. Diharapkan bagi umat Islam tidak terjebak dalam perkara ini. Sayangnya, pada dunia nyata dan kehidupan bermasyarakat sering ditemukan masalah tentang hal ini. Masalah itu kebanyakan timbul dari sifat dasar manusia itu sendiri yang selalu mau enaknya tapi tidak mau menanggung resikonya. Contohnya, pada waktu berhutang, mereka memaksa-maksa dan memelas pada calon pemberi hutang. Tapi ketika sudah jatuh tempo pengembalian, si penghutang tidak amanah dan selalu mencari-cari alasan agar pembayarannya bisa mundur. Karena sampai berlarut-larut, akhirnya si pemberi hutang pun marah dan hubungan silaturahmi antara penghutang dan pemberi hutang pun putus.
Hal ini jamak terjadi sekarang. Sering kita lihat dua orang yang pada awalnya sahabat dekat jadi tidak pernah bertegur sapa gara-gara masalah hutang piutang. Dua orang yang masih satu keluarga jadi bertengkar gara-gara hutang yang tidak dibayar. Yang lebih parah lagi, ada yang bunuh-bunuhan gara masalah hutang dan bisnis (Na'udzubillah!).
Itulah sebabnya kita harus berhati-hati tentang masalah ini. Dalam Al-Baqarah ayat 282, kita bisa meminimalisasi masalah ini dengan melakukan pencatatan atau saat ini kita menyebutnya dengan pembukuan atau akuntansi. Dengan mencatat hutang piutang, kita punya bukti yang kuat tentang hutang piutang kita. Jadi jika salah satu pihak ingkar janji, kita bisa menuntutnya ke jalur hukum karena kita punya bukti yang kuat. Cara kedua, kita bisa meminta barang jaminan dari orang yang akan berhutang. Apabila orang tersebut ingkar, kita bisa memanfaatkan barang jaminan tersebut.
Semoga kita selalu berhati-hati dalam masalah yang berkaitan dengan uang. Karena uang memang tidak mengenal saudara. Apalagi teman atau sahabat.