Pages

Sunday 5 May 2013

Guru dan Murid

Pada beberapa hari yang lalu, saya melakukan hal yang menjadi rutinitas selama menunggu penempatan. Yaitu mengantar ibu ke tempat kerjanya di SMAN 1 Pemalang dengan motor. Pada saat berhenti di pertigaan Sirandu, saya melihat seorang siswi SMAN 1 Pemalang sedang naik motor. Siswi tersebut sempat menoleh ke arah saya dan ibu, tapi dia tidak mengucapkan salam ataupun menebar sedikit senyumnya (padahal kalau mau senyum kan bakal kelihatan lebih cantik dek.hehehe). Saya jadi kaget, terpana, dan hampir-hampir tidak percaya saat lihat adegan ini. Sama gurunya sendiri kok gitu.
Saat lampu pertigaan menyala hijau, saya sempet sedikit berbincang dengan ibu. lebih kurangnya begini percakapannya (sebenarnya dalam bahasa Jawa, tapi takutnya ntar malah pada bingung.hehehe).

Saya: "bu, anak sekarang kok kayaknya nggak pada kenal sama gurunya ya?"
Ibu: "iya mas(ini panggilan sayang ibu ke saya). Kebanyakan kalau sama guru yang mengajar di kelasnya atau jurusannya, mereka hormat dan nunduk-nunduk. Tapi kalau sama guru yang nggak mengajar atau beda jurusan ya nggak kenal"
Saya: "wah,kok parah banget ya. Saya saja masih kenal sama guru saya dari SD sampai sekarang. Walaupun nama ada yang lupa, tapi kalau wajah mesti ingat. Dan saya pasti akan kasih senyum ke mereka"
Ibu: "ya gitu lah sekarang. Kalau sama guru yang mengajar kan mereka ada kepentingan nilai. Kalo sama yang nggak ngajar kan nggak ada" (Saya langsung berpikir dalam pikiran, "wah, matre banget kalau gitu")
Saya: "sama gurunya saja gitu. Apalagi sama OB, petugas TU, sama pedagang kantin ya. nggak bisa dibayangkan"

Lalu sampailah kami di depan gerbang SMAN 1 Pemalang. Lalu ibu pun pasti mengucapkan ucapan rutinnya, "Wis sek yo le" (artinya, "udah dulu ya nak") dan saya pun menjawabnya dengan "iyo bu".
Ya begitulah realita yang saya lihat saat ini. Penghormatan siswa pada gurunya sudah berkurang. Sebagian besar menganggap bahwa seorang guru hanya penting untuk mendapatkan nilai, bukan untuk mencari ilmu atau memperbaiki diri. Tapi tidak dipungkiri juga kalau saat ini banyak guru yang kurang bisa untuk dihormati bahkan malah menjadi contoh buruk bagi muridnya. Mereka tidak menjadi seseorang yang bisa digugu(diikuti tutur katanya/ilmunya) dan ditiru. Jamak saat ini guru yang merokok bareng anak didiknya, guru yang hobi buka gambar atau video porno di komputer sekolah, dan ada yang bolos mengajar tanpa alasan.
Agar terjadi sinergi yang baik, tentunya kedua belah pihak harus memperbaiki diri. Para guru harus belajar agar bisa menjadi seseorang yang digugu dan ditiru. Sedangkan para murid harus mengubah mindset-nya tentang sekolah, bahwa sekolah adalah tempat mencari ilmu. Bukan tempat mencari nilai. Karena jika kita menguasai ilmu itu, tentunya nilai akan datang dengan sendirinya.
Semoga hal ini tidak terjadi lagi di kemudian hari. Saya sangat ingin melihat saat anak-cucu saya bersekolah, murid-muridnya bisa lebih menghargai guru dan menganggapnya sebagai teman belajar, pembimbing akhlak, dan teladan yang baik. Semoga saja, dalam beberapa waktu ke depan juga semakin banyak guru yang baik. Yaitu guru yang bisa bisa dijadikan teladan, sabar dalam membimbing anak didiknya, dan mau memperhatikan akhlak para murid. Tidak hanya menjadi guru yang memberi banyak tugas dan ulangan, marah kalau nilai anak didiknya jelek, tapi sering bolos mengajar. Sebuah harapan yang tidak semu menurut saya.