Pages

Thursday 3 January 2013

Ringkasan Budaya Tionghoa


Tidak bisa dipungkiri lagi jika Indonesia dan China memang memiliki hubungan yang baik. Hubungan baik tersebut tidak hanya dimulai dari sekarang. Hubungan baik tersebut -menurut beberapa sejarahwan- sudah dimulai sejak zaman pra-sejarah. Bahkan ada teori yang menyatakan bahwa penduduk asli yang mendiami nusantara ini berasal dari China (lebih tepatnya dari daerah Yunnan).
Agar hubungan baik tersebut tetap terjaga, tentu kita harus saling memahami budaya masing-masing. Jadi saya akan menuliskan sedikit pengetahuan yang saya dapat tentang suku Tionghoa. Pengetahuan ini saya dapat dari mata kuliah budaya nusantara di kampus dan pergaulan saya sendiri dengan beberapa orang suku tersebut. Semoga bermanfaat untuk para pembaca dan jika ada kesalahan saya mohon koreksinya J
BUDAYA SUKU TIONGHOA
1.       Sejarah
Kata Tionghoa berasal dari kata 中华 (zhong hua => dibaca cung hua) yang artinya adalah bangsa tengah. Berdasarkan berita China yang ditulis oleh Fa Hian dan I Ching disebutkan bahwa sejak sekitar abad ke 4 M banyak orang China yang datang ke Indonesia. Mereka ada yang datang untuk mengunjungi kerajaan Sriwijaya untuk belajar agama Budha, kerajaan Tarumanegara (disebut To-lo-mo dalam bahasa mandarin), kerajaan Kalingga yang diperintah oleh ratu Sima (untuk berguru agama Budha dengan Jnabhadra), dan berdagang dengan beberapa kerajaan yang ada di nusantara. Bahkan pada zaman Kubilai Khan pernah dikirim pasukan ke daerah Jawa Timur untuk menghukum raja Jawa (yang dimaksud adalah Kertanegara. Tetapi karena terjadi pemberontakan oleh Jayakatwang, akhirnya dimanfaatkan oleh raden Wijaya untuk mengalahkan Jayakatwang dan membentuk kerajaan baru yaitu kerajaan Majapahit).
2.       Lokasi
Di Indonesia, suku Tionghoa sebenarnya menyebar di hampir seluruh daerah. hal ini dibuktikan dengan adanya kampung pecinan/kampung china di hampir setiap kecamatan di Indonesia. tetapi ada daerah dengan konsentrasi yang cukup besar. Daerah tersebut adalah Jawa, Kalimantan Barat, Sumatra, Bangka-Belitung, dan Sulawesi Selatan.
3.       Mata pencaharian
Mata pencaharian suku Tionghoa sangat bervariasi. Ada yang petani, peternak, pegawai pemerintahan, guru, dan lainnya. Tetapi kebanyakan suku Tionghoa adalah pedagang yang ulung. Mereka adalah orang yang sangat ulet dan tidak pernah kenal lelah saat bekerja. Menurut mitos yang pernah saya dengar dari bu Woro Aryandini (dosen Budaya Nusantara saya), orang China rajin bekerja karena takut dihukum dewa. Karena pada zaman dahulu, nenek moyang orang China pernah dihukum dewa dengan dipisahkan. Akhirnya si nenek moyang pun bekerja dengan giat. Lalu, sekian lama tidak bertemu menimbulkan rasa rindu di dada si nenek moyang. Akhirnya mereka pun menyuap dewa dengan makanan kesukaan dewa, yaitu kuaci, agar mereka bisa bertemu lagi. Itulah sebabnya orang China banyak yang sukses di usahanya. Karena mereka tidak segan-segan untuk menyuap penguasa agar bisnis mereka lancar. Hal ini bisa kita lihat pada film-film China seperti Once upon a Time in China (dibintangi Jetli), Police Story (Jacky Chan), dan film China lainnya.
4.       Agama dan kepercayaan
Agama mayoritas yang dipeluk oleh suku Tionghoa adalah Budha dan Nasrani. Tapi ada juga yang muslim. Kebanyakan mereka adalah keturunan suku Hui dari China. Ada juga yang memeluk Konghucu. Sebenarnya, konghucu bukanlah sebuah agama. Karena dalam agama konghucu tidaklah memiliki kitab suci. Konghucu lebih terlihat sebagai jalan hidup atau way of life orang China yang dibuat oleh Konfucius/孔子 (kongzi => dibaca gung-ce). Selain itu ada juga yang melaksanakan Taoisme. Way of life yang dibuat oleh Lao-tse/ 道士 (daoshi => dibaca dao-se).
5.       Sistem kemasyarakatan
a.       Stratifikasi sosial
-          Dalam masyarakat orang Tionghoa di Indonsia ada perbedaaan antara lapisan buruh dan lapisan majikan, golongan orang miskin dan golongan orang kaya.
-           Tionghoa peranakan yang kebanyakan terdiri dari orang Hokkien, merasa dirinya lebih tinggi dari Tionghoa Totok karena menganggap Tionghoa Totok umumnya berasal dari kuli dan buruh. Sebaliknya Tionghoa Totok memandang rendah Tionghoa Peranakan karena mereka dianggap mempunyai darah campuran.
-          Sekarang ini, dengan adanya pemisahan pendidikan bagi anak-anak Tionghoa menyebabkan anggapan bahwa orang yang tidak segolongan dengannya sebagai golongan rendah. Dengan kata lain, stratifikasi sosial orang Tionghoa di Indonesia berdasarkan perbedaan tingkat dan tingkat kekayaannya. Tapi untuk saat ini penggolongan tersebut sudah tidak ada lagi karena orang Tionghoa sudah berbaur. Bahkan mereka sudah banyak yang tidak bersekolah di sekolah khusus China lagi.
6.       Tradisi dan Budaya
a.       Budaya minum teh Tionghoa
Budaya ini mirip dengan upacara minum teh di Jepang.
b.      Memasang gambar dewa penjaga pintu
Dewa penjaga pintu ini sebenarnya adalah dua orang jenderal yang diutus oleh kaisar Li Shimin agar arwah raja naga yang berniat membunuh kaisar tidak berani masuk. Jika anda penggemar sinetron mandarin zaman dulu yang berjudul “Kera Sakti”, anda pasti akan tahu.
c.       Imlek
Imlek adalah perayaan masuknya tahun baru dengan pedoman bulan. Pada saat imlek, orang Tionghoa biasanya melaksanakan tradisi pulang kampung sama seperti muslim Indonesia saat Idul Fitri. Suku Tionghoa biasanya makan kue bulan, bagi-bagi angpau (amplop merah yang berisi uang), membunyikan petasan, atraksi barongsai dan liong, dan menyalakan lentera.
d.      Memakan Yuan Xiao(元宵)
Yuan xiao adalah memakai nasi yang lengket dengan diberi isi, seperti tepung kacang, bijan, daging ikan, dan lainnya. Yuan Xiao dipadatkan dengan diremas-remas lalu dibungkus daun bambu. Sehingga bisa menghasilkan kue nasi lengket yang hampir bulat dan dapat dimakan.
Memakan ini merupakan simbol kekuatan dan persatuan. Anda bisa melihatnya pada film Red Cliff 2.
7.       Pakaian adat
Pakaian adat suku Tionghoa disebut baju doudu. Lalu ada juga sepatu yang disebut dengan sepatu harimau. Dan pakaian khas yang dipakai oleh wanita Tionghoa yang disebut dengan Cheongsam.