Tidak bisa dipungkiri lagi jika Indonesia dan China memang
memiliki hubungan yang baik. Hubungan baik tersebut tidak hanya dimulai dari
sekarang. Hubungan baik tersebut -menurut beberapa sejarahwan- sudah dimulai
sejak zaman pra-sejarah. Bahkan ada teori yang menyatakan bahwa penduduk asli
yang mendiami nusantara ini berasal dari China (lebih tepatnya dari daerah
Yunnan).
Agar hubungan baik tersebut tetap terjaga, tentu kita harus
saling memahami budaya masing-masing. Jadi saya akan menuliskan sedikit
pengetahuan yang saya dapat tentang suku Tionghoa. Pengetahuan ini saya dapat
dari mata kuliah budaya nusantara di kampus dan pergaulan saya sendiri dengan
beberapa orang suku tersebut. Semoga bermanfaat untuk para pembaca dan jika ada
kesalahan saya mohon koreksinya J
BUDAYA SUKU TIONGHOA
1.
Sejarah
Kata Tionghoa berasal dari kata 中华 (zhong hua => dibaca cung hua) yang artinya
adalah bangsa tengah. Berdasarkan berita China yang ditulis oleh Fa Hian dan I
Ching disebutkan bahwa sejak sekitar abad ke 4 M banyak orang China yang datang
ke Indonesia. Mereka ada yang datang untuk mengunjungi kerajaan Sriwijaya untuk
belajar agama Budha, kerajaan Tarumanegara (disebut To-lo-mo dalam bahasa
mandarin), kerajaan Kalingga yang diperintah oleh ratu Sima (untuk berguru
agama Budha dengan Jnabhadra), dan berdagang dengan beberapa kerajaan yang ada
di nusantara. Bahkan pada zaman Kubilai Khan pernah dikirim pasukan ke daerah Jawa
Timur untuk menghukum raja Jawa (yang dimaksud adalah Kertanegara. Tetapi karena
terjadi pemberontakan oleh Jayakatwang, akhirnya dimanfaatkan oleh raden Wijaya
untuk mengalahkan Jayakatwang dan membentuk kerajaan baru yaitu kerajaan Majapahit).
2.
Lokasi
Di Indonesia, suku Tionghoa sebenarnya menyebar di hampir seluruh daerah.
hal ini dibuktikan dengan adanya kampung pecinan/kampung china di hampir setiap
kecamatan di Indonesia. tetapi ada daerah dengan konsentrasi yang cukup besar. Daerah
tersebut adalah Jawa, Kalimantan Barat, Sumatra, Bangka-Belitung, dan Sulawesi
Selatan.
3.
Mata pencaharian
Mata pencaharian suku Tionghoa sangat bervariasi. Ada yang petani,
peternak, pegawai pemerintahan, guru, dan lainnya. Tetapi kebanyakan suku
Tionghoa adalah pedagang yang ulung. Mereka adalah orang yang sangat ulet dan
tidak pernah kenal lelah saat bekerja. Menurut mitos yang pernah saya dengar
dari bu Woro Aryandini (dosen Budaya Nusantara saya), orang China rajin bekerja
karena takut dihukum dewa. Karena pada zaman dahulu, nenek moyang orang China
pernah dihukum dewa dengan dipisahkan. Akhirnya si nenek moyang pun bekerja
dengan giat. Lalu, sekian lama tidak bertemu menimbulkan rasa rindu di dada si
nenek moyang. Akhirnya mereka pun menyuap dewa dengan makanan kesukaan dewa, yaitu
kuaci, agar mereka bisa bertemu lagi. Itulah sebabnya orang China banyak yang
sukses di usahanya. Karena mereka tidak segan-segan untuk menyuap penguasa agar
bisnis mereka lancar. Hal ini bisa kita lihat pada film-film China seperti Once
upon a Time in China (dibintangi Jetli), Police Story (Jacky Chan), dan film
China lainnya.
4.
Agama dan kepercayaan
Agama mayoritas yang dipeluk oleh suku Tionghoa adalah Budha dan Nasrani.
Tapi ada juga yang muslim. Kebanyakan mereka adalah keturunan suku Hui dari
China. Ada juga yang memeluk Konghucu. Sebenarnya, konghucu bukanlah sebuah
agama. Karena dalam agama konghucu tidaklah memiliki kitab suci. Konghucu lebih
terlihat sebagai jalan hidup atau way of life orang China yang dibuat oleh
Konfucius/孔子 (kongzi
=> dibaca gung-ce). Selain itu ada juga yang melaksanakan Taoisme. Way of
life yang dibuat oleh Lao-tse/ 道士 (daoshi
=> dibaca dao-se).
5.
Sistem kemasyarakatan
a.
Stratifikasi sosial
-
Dalam masyarakat orang Tionghoa di Indonsia ada
perbedaaan antara lapisan buruh dan lapisan majikan, golongan orang miskin dan
golongan orang kaya.
-
Tionghoa
peranakan yang kebanyakan terdiri dari orang Hokkien, merasa dirinya lebih
tinggi dari Tionghoa Totok karena menganggap Tionghoa Totok umumnya berasal
dari kuli dan buruh. Sebaliknya Tionghoa Totok memandang rendah Tionghoa
Peranakan karena mereka dianggap mempunyai darah campuran.
-
Sekarang ini, dengan adanya pemisahan pendidikan
bagi anak-anak Tionghoa menyebabkan anggapan bahwa orang yang tidak segolongan
dengannya sebagai golongan rendah. Dengan kata lain, stratifikasi sosial orang
Tionghoa di Indonesia berdasarkan perbedaan tingkat dan tingkat kekayaannya. Tapi
untuk saat ini penggolongan tersebut sudah tidak ada lagi karena orang Tionghoa
sudah berbaur. Bahkan mereka sudah banyak yang tidak bersekolah di sekolah
khusus China lagi.
6.
Tradisi dan Budaya
a.
Budaya minum teh Tionghoa
Budaya ini mirip dengan upacara minum teh
di Jepang.
b.
Memasang gambar dewa penjaga pintu
Dewa penjaga pintu ini sebenarnya adalah
dua orang jenderal yang diutus oleh kaisar Li Shimin agar arwah raja naga yang
berniat membunuh kaisar tidak berani masuk. Jika anda penggemar sinetron
mandarin zaman dulu yang berjudul “Kera Sakti”, anda pasti akan tahu.
c.
Imlek
Imlek adalah perayaan masuknya tahun baru
dengan pedoman bulan. Pada saat imlek, orang Tionghoa biasanya melaksanakan
tradisi pulang kampung sama seperti muslim Indonesia saat Idul Fitri. Suku Tionghoa
biasanya makan kue bulan, bagi-bagi angpau (amplop merah yang berisi uang),
membunyikan petasan, atraksi barongsai dan liong, dan menyalakan lentera.
d.
Memakan Yuan Xiao(元宵)
Yuan xiao adalah memakai nasi yang lengket dengan diberi isi,
seperti tepung kacang, bijan, daging ikan, dan lainnya. Yuan Xiao dipadatkan
dengan diremas-remas lalu dibungkus daun bambu. Sehingga bisa menghasilkan kue
nasi lengket yang hampir bulat dan dapat dimakan.
Memakan ini merupakan simbol kekuatan dan persatuan. Anda bisa
melihatnya pada film Red Cliff 2.
7.
Pakaian adat
Pakaian
adat suku Tionghoa disebut baju doudu. Lalu ada juga sepatu yang disebut dengan
sepatu harimau. Dan pakaian khas yang dipakai oleh wanita Tionghoa yang disebut
dengan Cheongsam.