Pages

Friday 26 June 2015

Merdeka Pada Bulan Ramadhan

Indonesia, negeri yang gemah ripah loh jinawi ini menganut dua sistem penanggalan. Yaitu penanggalan dengan peredaran matahari sebagai patokannya, biasa disebut kalender Syamsiyah, dan penanggalan dengan peredaran bulan sebagai patokannya, biasa disebut sebagai kalender Qomariyah. 

Berdasarkan kalender Qomariyah, hari ini bertepatan dengan hari Jum'at tanggal 9 Ramadhan 1436 H.
Mungkin masyarakat Indonesia saat ini akan berpikir bahwa tanggal itu adalah tanggal biasa. Tanggal berangka sembilan yang masuk pada bulan yang dianggap suci oleh umat Islam seluruh dunia karena pada bulan itu umat Islam sedunia melaksanakan ibadah puasa. Tapi bagi orang yang menyukai sejarah dan fokus pada sejarah Indonesia, maka tanggal itu akan menjadi tanggal yang spesial. Karena tepat pada tanggal tersebut 72 tahun yang lalu (menurut kalender Qomariyah tentunya), bangsa ini mendeklarasikan kebebasannya atas kekangan penjajah. Sebuah upacara proklamasi sederhana dilaksanakan di jalan Pegangsaan Timur nomor 56. Upacara yang dipimpin oleh dua orang yang wajahnya terpampang nyata dalam satu lembar uang seratus ribuan (yang sering dianggap sebagai simbol kemerdekaan finansial oleh para mahasiswa, karena jika wajah selain dua orang tersebut yang terpampang dalam tumpukan uang di dompet, itu tandanya masih berjuang menuju kemerdekaan.hehehe) diiringi dengan pembacaan teks proklamasi dan pengibaran bendera pusaka.



Bagi saya, umat Islam adalah umat yang paling berperan dalam membawa Indonesia menuju kemerdekaan. Dimulai sejak jaman Nusantara, ketika kerajaan-kerajaan Islam berjuang melawan para penjajah Eropa. Masyhur dikenal perjuangan Pangeran Sabrang Lor menyerang Portugis di Malaka, perjuangan Sunan Gunung Jati menghadang Portugis di Sunda Kelapa, perjuangan Sultan Agung menyerang Batavia, kerasnya perjuangan Sultan Hasanuddin melawan VOC yang dibantu oleh Aru Palaka sampai perjanjian Bongaya ditandatangani, perjuangan Sultan Iskandar Muda melawan Belanda, Pangeran Diponegoro yang membuat Belanda merugi besar-besaran, serta perjuangan para pejuang Islam lain. Tapi memang pada saat itu perjuangan mereka masih bersifat lokal saja. Tidak ada koordinasi antar kesultanan atau antar pejuang. Apabila terjadi koordinasi yang baik, saya yakin penjajah manapun akan kesulitan. Contohnya, pada saat Pangeran Diponegoro mendeklarasikan perang melawan Belanda tahun 1825, pada saat itu Belanda sangat keteteran. Karena pada waktu yang bersamaan, Belanda sedang menghadapi kerasnya perjuangan kaum Padri di Pagarruyung, Sumatera Barat. Apabila perang Jawa berlangsung lebih lama, tidak hanya lima tahun saja, saya yakin Belanda bisa saja angkat kaki dari negeri ini pada tahun 1800-an. Karena perang Jawa saja sudah membuat Belanda kehilangan 8000 prajurit Eropa dan 7000 prajurit pribumi serta menghabiskan dana sampai 20 juta gulden. Selain itu, apabila perbedaan kualitas senjata pada waktu itu tidak terlalu jauh, saya sangat yakin penjajah tidak akan mampu bertahan lama di negeri ini. Pada saat itu, senjata-senjata yang digunakan para tentara kesultanan tidaklah sebaik senjata-senjata yang digunakan oleh penjajah. Senapan yang dipakai para tentara kesultanan pun masih menggunakan senjata model lama yang diberikan oleh Turki. Pada tahun 1800-an perkembangan militer Turki memang sedang merosot dan tertinggal dari Eropa. Jadi hal itu pun berefek pada perjuangan kesultanan-kesultanan yang ada di Indonesia. Tercatat ada beberapa kali komunikasi antara kesultanan serta pejuang-pejuang di Indonesia dengan Turki Utsmani. Tapi kondisi mereka yang sedang buruk memaksa mereka untuk tidak dapat membantu banyak. Mereka hanya mampu mengirim bantuan senjata yang tidak material jumlahnya serta jumlah pasukan yang hanya sekedarnya. 

Pada saat zaman pergerakan nasional, umat Islam pun tidak tinggal diam. Organisasi masyarakat nasional pertama yang ada di Indonesia pun tidak lepas dari andil besar umat Islam. Bahkan nama organisasi tersebut pun jelas membawa Islam sebagai dasarnya. Organisasi tersebut adalah Sarekat Islam. Didirikan pada tanggal 16 Oktober 1905 oleh H. Samanhudi di Surakarta. Setelah itu bermunculan organisasi-organisasi lain yang bergerak di berbagai macam bidang. Seperti Muhammadiyah yang bergerak di bidang pendidikan, didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 November 1912 di Yogyakarta. Lalu Nahdlatul Ulama yang bergerak di bidang sosial, didirikan oleh K.H. Hasyim Asy'ari pada tanggal 31 Januari 1926, serta organisasi lainnya. Kebanyakan ormas Islam pada saat itu memilih berjuang dengan jalur non-kooperatif terhadap pemerintah Belanda.




Perjuangan ormas-ormas Islam untuk mencapai kemerdekaan Indonesia terus bergerak sampai puncaknya pada hari Jum'at, 9 Ramadhan 1364 H atau yang jamak dikenal oleh masyarakat Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Entah beberapa liter darah yang telah ditumpahkan umat Islam dalam perjuangan ini dan entah beberapa kali umat Islam mengalah terhadap golongan nasionalis demi terbentuknya negara ini. Mungkin saat ini sebagian besar orang hanya mengetahui tentang Piagam Jakarta, tapi kebanyakan tidak tahu bagaimana umat Islam sampai mengalah demi dihapusnya tujuh kata dalam sila pertama sesuai Piagam Jakarta tersebut. Amat sedikit orang yang tahu bagaimana Kasman Singodimedjo (pasti jarang ada yang tahu tokoh ini) membujuk Ki Bagus Hadikusumo (apalagi yang ini) supaya mau mengalah sementara kepada golongan nasionalis yang memaksa menghapus tujuh kata tersebut. Padahal pada sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan sebelumnya telah disepakati bahwa tujuh kata tersebut akan menjadi dasar negara sehingga masyarakat muslim Indonesia tetap berada dalam lindungan syariah. Kasman Singodimedjo berpendapat, pada saat itu Indonesia sedang terjepit oleh dua kekuatan besar. Yaitu kekuatan tentara Jepang dengan persenjataannya yang kuat sehingga sangat mungkin akan kembali menjajah serta tentara Belanda yang sedang berusaha untuk kembali masuk ke Indonesia dengan membonceng pasukan Inggris.  Jadi perlu segera dibentuk sebuah dasar negara supaya bangsa ini masih tetap bersatu dalam menghadapi dua pasukan besar yang bisa menjadi ancaman. Selain itu, Kasman Singodimedjo juga percaya dengan janji Soekarno yang mengatakan bahwa enam bulan lagi akan diadakan sidang MPR untuk membahas lagi masalah tersebut.

Ki Bagus Hadikusumo

 Kasman Singodimedjo

Itulah sekilas perjuangan muslim di Indonesia yang berjuang memerdekakan bangsa ini dari tindasan penjajah kulit putih dan kulit kuning. Musuh mereka tidak hanya para penjajah, namun juga para kolaborator penjajah serta para orang-orang sekuler dan komunis yang ingin negeri ini merdeka dengan ideologi mereka sebagai dasarnya. Alhamdulillah, sebagaimana alinea ketiga pembukaan UUD 1945, Allah memberikan rahmat-Nya kepada bangsa ini untuk merdeka bukan dengan ideologi komunis atau sekuler. Tapi merdeka dengan ideologi ketuhanan yang bernafaskan Islam.

Karena darah yang tumpah untuk jihad  tidak akan pernah sia-sia 
Harta yang habis untuk jihad selalu bermakna
Pastilah Allah akan membalasnya
Kalaupun tidak di dunia, di akhirat mendapat surga

Suryanegara, Ahmad Mansyur. Api Sejarah. 2009. Bandung: Salamadani.
Suryanegara, Ahmad Mansyur. Api Sejarah 2. 2010. Bandung: Salamadani.


No comments:

Post a Comment