Pages

Wednesday 24 June 2015

Kolaborasi Pengamat dan Komentator

banyak orang yang sering membaca portal berita online. tapi nggak semuanya membaca komentar-komentar di portal berita online tersebut. misalnya di situs berita online yang namanya sama seperti satuan waktu. komentar-komentar pembaca bertebaran di situ. terutama di berita politik, sepakbola, dan gosip artis. gaya bahasanya pun bermacam-macam. dari yang bijak, tenang, netral, provokatif, sampai komentar kasar macam hewan yang menggonggong pun ada. 
setelah saya sering mencermati hal tersebut, saya pun mengambil kesimpulan pribadi (bisa bener, tapi sangat bisa salah juga lho) bahwa bangsa ini adalah bangsa komentator. di negeri ini tumbuh subur komentator dalam segala hal. mulai dari komentator olahraga, komentator politik, dan komentator artis-artis di acara gosip. selain itu bangsa ini juga bangsa pengamat. mayoritas orang itu kayaknya gatel kalo nggak mengamati orang-orang di dekatnya atau peristiwa-peristiwa yang sedang jadi tajuk utama. pada akhirnya, bangsa ini pun kebanjiran pengamat. mulai dari pengamat sepakbola, pengamat politik, pengamat ekonomi, pengamat komunikasi politik, dan pengamat-pengamat lainnya. bahkan saat ini pengamat menjadi salah satu profesi yang menjanjikan. karena stasiun TV yang identik dengan berita-berita sangat doyan untuk memanggil pengamat dalam hampir semua acaranya. seolah tanpa pengamat, acara mereka akan seperti sayur tanpa gula, garam, dan bawang. 
terkait hobi mengamati, sebenarnya itu bisa jadi hal yang bagus lho. kalau yang diamati adalah orang-orang yang sedang butuh bantuan dan hasil pengamatan tersebut ditindaklanjuti dengan aksi memberikan bantuan. atau dengan mengamati peristiwa-peristiwa sosial yang sedang terjadi, dicari akar permasalahannya, diusahakan solusinya, dan diaplikasikan dalam kehidupan sosial. nah, dengan begitu hobi mengamati malah bisa jadi cara memperbaiki masyarakat. kalau terkait hobi komentator, mungkin jika kita mengomentari seseorang yang melakukan perbuatan yang buruk lalu menasehatinya supaya berubah, insya Allah itu bisa jadi tahap yang baik untuk memperbaiki kondisi sosial masyarakat.
tapi dalam prakteknya, mayoritas orang-orang tu mengomentari atau mengamati bukan karena hal di atas. sebagian besar tu mengomentari dan mengamati karena iri. misalnya, ketika melihat tetangganya sukses, biasanya seorang manusia yang iri akan mengamati apa yang tetangganya beli. ketika tetangganya beli rumah, timbul rasa iri dan akhirnya komentar nyinyir pun bermunculan. misal:
"ah,duit dari mana tu orang. pasti korupsi"
"paling ngutang"
"alah cuma segitu. besok kita beli yang lebih bagus"
saya pikir sekarang masalah ini sih dah jadi masalah kronis. kayaknya hampir dimana-mana saya dah  sering dengar dan melihat para pengamat dan komentator bercuap-cuap dengan mengutamakan negative thinking-nya. jarang yang menggunakan azas praduga tak nyinyir. untuk mengatasi masalah ini, sebenarnya ada suatu hal yang telah Allah perintahkan sejak dulu. sebagaimana Allah abadikan dalam Al Quran, mukjizat Rasulullah Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam sebagai teladan umat ini, surat Ibrahim ayat 47:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

ya betul, caranya adalah dengan bersyukur. kalau kita mau bersyukur, insya Allah hobi mengamati dan mengomentari dengan nyinyir pun hilang. kita akan merasa cukup dengan apa yang kita miliki dan jika benar-benar yakin dengan janji Allah, niscaya nikmat kita pun akan ditambah. tapi saya pun mengakui hal ini nggak mudah. karena setan pasti akan terus menggoyang keimanan kita. karena setan itu penyanyi dan penari dangdut yang hebat. jika keimanan kita lagi turun, pasti deh kita bisa ikut goyang. mungkin kita harus mengurangi nonton dangdut dan menggantinya dengan zikir, baca Quran, atau baca buku yang bermanfaat supaya nggak gampang terlena dengan alunan nada rayuan serta goyang maut setan.
semoga kita bisa mengarahkan kebiasaan mengamati dan mengomentari ini ke arah yang benar. misal dengan mengamati peristiwa-peristiwa sosial dan mencari serta mengaplikasikan solusinya atau mengganti hobi komentar nyinyir dengan saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran. supaya nggak jadi orang yang merugi. hidup cuma sekali, sayang kalau berakhir dengan rugi.

No comments:

Post a Comment